Gagak yang Tercerahkan

Seekor gagak di hutan merasa kesepian dan tak tahu mengapa semua satwa engan berteman dgnnya. Ia sedih sekali setiap terbang ke satu tempat tidak ada yang berani mendektainya...

Saat waktunya makan tiba, ia melihat seekor ulat yang bersembunyi di daun, ketika hendak menyantapnya, tiba2 ulat itu berkata: "sungguh malang kau gagak, suaramu yg memekakan telinga dan kesombonganmu, membuat semua menjauh darimu".

Sang Gagak memperoleh Pencerahan seketika, dan Ia pun melepaskan mangsanya dan berterima kasih pada Guru barunya, serta bertekad tuk berubah dirinya demi menjadi Gagak yg ramah dan bersahaja, tiada sombong dgn suara yg lembut.

Kemudian Ia pun memiliki banyak teman. Dan Sang Gagak bahagia sepanjang masa, semua berkat ulat kecil yang berani mengungkapkan isi hatinya disaat nyawanya yang hampir menjadi santapan nikmat, ternyata malah menjadi guru bagi Gagak yang terkenal Sombong itu......

Mari merenungkan makna dari cerita ini diatas.........
Salam Mudita,
www.muditacenter.com


Jangan Biarkan Hatimu Mem"batu"!

Hati yang mem’batu’
Posted by Neng Xiu in Sebuah Renungan

Pemahat dan Pamatung Kerajinan Batu, tentulah orang yang paling mengenal sifat dan karakter dari berbagai jenis batu, tentu saja kita semua tahu bahwa sebuah batu sangat sulit untuk dihancurkan,
membutuhkan kesabaran, dan ketelitian, membutuhkan tekad yang kuat dan praktek kebajikan yang tidak sedikit.
Nenek moyang kita telah membuktikan dengan berdirinya candi-candi peninggalan sejarah yang spektakuler, jaman serba canggih saja kita sulit membayangkan bagaimana proses pembuatannya..

Mereka pembuat es balok, paling mengerti juga bagaimana proses pembuatan es batu, mengamati proses air menjadi es batu, yang dapat bermanfaat banyak untuk segala aspek kehidupan. Dari kebutuhan untuk para nelayan, restoran, ice made, dll.
Sampai pemahat patung es yang dengan karya-karya spektakulernya juga, menunjukan air yang sifatnya cair ternyata juga dapat menjadi bongkahan batu es yang dapat di pahat dan diukir menjadikan satu karya besar seperti pameran istana es...
Walau pun batu es begitu keras, tetapi tetap akan kembali pada sifatnya semula menjadi zat cair walau butuh proses seiring perubahan sang waktu.

Bagaimana bila "Hati" kita menjadi sekeras batu?
Ini yang paling sulit, bila Hati sekeras batu karang, bagaimana mau menghancurkannya?, bila Hati sekeras es batu, bagaimana untuk dicairkannya? Dan bila mau dipikir-pikir lagi, mengapa kita mau menyiksa diri sendiri dengan bepikiran sekeras batu atau memiliki hati yang membatu? sesungguhnya hanyalah menunjukan kebodohan bathin kita…

Bila saja mau merenungkan tidak ada sesuatu yang tidak mungkin berubah di dunia ini, dan tidak ada sesuatu yang tidak mungkin untuk diubah. Bila saja kita mau untuk melunakan hati kita, maka kita baru akan bisa menerima siapapun yang datang pada kita, bisa menerima apapun yang kita peroleh dan dapatkan, bisa menerima saran dan pandangan untuk kemajuan kita dan bisa menerima bentuk perhatian orang kepada kita.
mengapa harus membatu?
Bila sebongkah batu saja bisa di hancurkan oleh air yang sangat lembut, mengapa hati kita tidak bisa?

Semua ada di tangan kita sendiri, Sebelum membuat hati menjadi sekeras es batu, lebih baik mencoba untuk mencairkan butiran-butiran air yang mulai mengkristal di hati, dengan memancarkan kehangatan cinta kasih dan kasih sayang dari pelita hati yang menerangi hati. Mencoba memberikan kehangatan dari rasa kebersamaan, kekeluargaan, persahabatan, keramahan, dari sebuah ketulusan di hati kita semua.

Atau tetap bersikukuh pada pendirian yang lebih keras dari batu karang? tetapi hanya membuat penderitaan pada akhirnya? atau tetap bersikeras sampai banyak orang yang terluka perasaan dan jiwanya termasuk melukai diri sendiri...

Atau sebaliknya mau membuat hidup lebih indah dengan kelembutan hati?
semua ada di tangan kita sendiri…..

Salam mudita,
Neng Xiu
www.muditacenter.com


Menempa "Permata" di Hati

Proses pembuatan sebuah berlian tidaklah mudah, setelah diasah sedemikian rupa, dan dipotong oleh pakar dan ahlinya...
maka jadilah sebuah berlian yang indah...
merupakan batu permata yang tak ternilai keindahannya.

Kebijaksanaan juga tidak muncul begitu saja, harus melewati proses yang panjang dan penempaan yang luar biasa . melewati proses perjuangan yang tidak mudah, menjalani dan mencari jalan keluar dari berbagai permasalahan, menjalani hidup dengan ujian dari kesabaran, penaklukan harga diri, kesombongan dan melatih dari kemarahan......
karena tidak mudah maka sulit sekali menjadi bijaksana...

Maka dari itu mulailah untuk belajar dan berjuang untuk menjadi orang yang "bijaksini", berusaha mengerti dan memahami diri sendiri.
Bila memiliki teman yang baik maka pertahankan, dan bertemanlah dengan orang yang bijaksana, agar setidaknya kita ke'tular'an menjadi baik dan bijak.....

Mari kita sama-sama menjadi "permata" bagi diri sendiri, dan bagi orang lain, agar Indah di Hati...

Salam Mudita
Mudita Center


Proses Kehidupan

Sakya Sugata 02 Desember jam 14:53
Proses Kehidupan tidak semudah menulis di atas buku,
dari sebuah kertas kosong terisi dengan karya dan tulisan yang dapat menceritakan diri sendiri, atau bercerita tentang dunia lain, sosok orang lain, atau pengalaman penting kehidupan. Semua membutuhkan inspirasi.
Penulis sudah biasa menuangkan segalanya dalam tulisannya, tetapi proses kehidupan tidaklah demikian mudahnya.

Tidak semudah menuang teh dalam cangkir,
Mudah untuk minum teh, tetapi sulit untuk menungkan teh kedalam cangkir tanpa satu tetes yang tumpah. Seorang Master Zen melatih diri dari ritual minum teh setiap sore... menuangkan sebuah teh dengan wangi dan cita rasa yang berbeda kepada orang yang berbeda, dengan tingkat derajat panas yang berbeda, dan menghasilkan aroma dan kenikmatan yang berbeda...mudah tetapi sulit dilakukan.
Apalagi mengamati proses kehidupan yang serba tidak pasti dan semua serba berbeda dalam kondisi yang selalu berubah.

Tidak semudah membaca novel,
Pembaca yang sudah terbiasa membaca novel-novel indah karya sastra, akan mudah menyelami karakter tokoh dalam sebuha novel, menghayati dan masuk ke dalam alur ceritanya. Tetapi untuk membaca sebuah proses kehidupan tidaklah mudah, membutuhkan pengenalan terhadap sosok sang diri, pengenalan terhadap lingkungan di luar diri, dan pemahaman tentang alur kehidupan yang sangat sulit ditebak, memang tidak mudah.

Tidak semudah melempar batu ke laut,
Bagi sang petualang lautan dan ombak adalah tantangan kehidupan, terkadang menguji satu keahlian dengan melempar batu sampai jauh sekali ke lautan lepas, ibarat melepaskan semua beban dalam dirinya, atau berteriak kencang mengalahkan suara ombak di laut... tetapi proses kehidupan dalam melepaskan semua beban hidup tidak semudah itu.

Tidak semudah melukis di atas kanvas,
bagi seorang pelukis, apapun dapat dilukiskan dalam kanvas, kehidupan, obyek bergerak atau tidak bergerak, atau apapun dapat dituangkan dalam kanvas, tetapi untuk menghidupkan sebuah lukisan membutuhkan keahlian dan penjiwaan yang luar biasa. Melukis proses kehidupan tidaklah semudah menuangkan dalam kanvas, karena yang dilukis adalah sifat dan karakter kita sendiri yang sangat abstrak...

Proses Kehidupan itu juga membutuhkan kesabaran seperti penulis, pelukis, Master Zen, Pembaca, dan Petualang. Agar semua proses dapat dirasakan sebagai pelajaran paling berharga dalam hidup.

Belajar dan terus belajar.. mencoba dan terus mencoba, berubah dan terus berubah, menerima dan terus menerima, berjuang dan terus berjuang, semangat dan terus semangat..... Semoga kau dapat menjalani semua proses kehidupan dalam hidupmu.

Salam Mudita,
Mudita Center


Pelajaran Berharga

“Good Lesson” (Kisah nyata)Ditulis oleh manson 766HI di/pada Februari 8, 2009

Kisah ini diceritakan oleh seorang mantan guru musik dari Des Moines,Iowa. Dia mendapat nafkah dengan mengajar piano selama lebih dari 30 tahun. Sebut saja namanya Mary,selama itu Mary menyadari tiap anak punya kemampuan musik yang berbeda. Tapi dia tidak pernah merasa telah menolong walaupun dia telah mengajar beberapa murid berbakat. Walaupun begitu, Mary ingin bercerita tenteng murid yang ”tertantang secara musik”. Contoh nya adalah Robby.

Robby berumur 11 tahun,ketika ibunya memasukkan dia dalam les untuk pertama kalinya. Saya lebih senang kalau murid (khususnya laki2) mulai ketika lebih muda. Saya menjelaskan itu pada Robby, Tapi Robby berkata, ibunya selalu ingin mendengar dia bermain piano. Jadi saya jadikan dia murid.
Robby memulai les pianonya dan dari awal saya pikir dia tidak ada harapan.
Robby mencoba,tapi dia tidak mempunyai perasaan nada maupun irama dasar yang perlu dipelajari, tapi dia mempelajari benar2 tangga nada dan beberapa pelajaran awal yang saya wajibkan untuk dipelajari semua murid.

Selama beberapa bulan,dia mencoba terus dan saya mendengarnya dengan ngeri dan terus mencoba menyemangatinya. Setiap akhir pelajaran mingguannya, dia berkata, ”Ibu saya akan mendengar saya bermain pada suatu hari”.

Tapi rasanya sia-sia saja, dia memang tak berkemampuan sejak lahir. Saya hanya mengetahui ibunya dari jauh ketika menurunkan Robby atau menjamput Robby. Dia hanya tersenyum dan melambaikan tangan tapi tidak pernah turun.

Pada suatu hari,Robby tidak datang lagi ke les kami. Saya berfikir untuk menghubunginya, tapi karena ketidakmampuannya, mungkin dia mau les yang lain saja, itulah yang saya pikir, dan saya juga senang dia tak datang lagi. Dia menjadi iklan yang buruk untuk pengajaran saya!

Bererapa minggu sesudahnya,saya mengirimkan brosur ketiap murid, mengenai pertunjukan yang akan dilaksanakan.Yang mengagetkan saya, Robby (yang juga menerima brosur) menanyakan saya, apakah dia bisa ikut pertunjukan itu? Saya katakan kepadanya, pertunjukan itu untuk murid yang ada sekarang, dan karena dia telah keluar, tentu dia tidak bisa ikut.

Dia katakan bahwa ibunya sakit sehingga tak bisa mengantarkannya ke les, tapi dia tetap terus berlatih. ”Bu Mary…..saya mau main!” dia memaksa.

Saya tidak tahu apa yang membuat saya akhirnya membolehkan dia main di pertunjukan itu. Mungkin karena kegigihannya atau mungkin ada sesuatu yang berkata dalam hati saya bahwa dia akan baik2 saja.

Malam pertunjukan datang, aula itu dipenuhi dengan orangtua, teman, dan relasi. Saya menaruh Robby pada urutan terakhir, sebelum saya kedepan untuk berterimakasih dan memainkan bagian terakhir. Saya rasa kesalahan yang dia akan buat akan terjadi pada akhir acara dan saya bisa menutupinya dengan permainan dari saya, itulah yang saya pikirkan. Pertunjukan itu berlangsung tanpa masalah, murid2 telah berlatih dan hasilnya bagus.

Lalu Robby naik ke panggung, bajunya kusut dan rambutnya acak-acakan. ”Kenapa dia tidak berpakaian seperti murid lainnya?” pikir saya.
”Kenapa ibunya tidak menyisir rambutnya,setidaknya untukmalam ini?”.
Robby menarik kursi piano dan mulai. Saya terkejut ketika dia menyatakan bahwa dia telah memilih Mozart’s Concerto #21 in C Major. Saya tidak siap untuk mendengarnya .

Lalu jarinya ringan di tuts nada, bahkan menari dengan dengan gesit. Dia berpindah dari pianossimo ke fortissimo…..dari allegro ke virtusso. Akord tergantungnya yang diinginkan Mozart sangat mengagumkan!. Saya tak pernah mendengar lagu Mozart dimainkan orang seumur dia sebagus itu. Setelah enam setengah menit, dia mengakhhirinya dengan cresendo besar dan semua terpaku disana dengan tepuk tangan yang meriah.

Dalam air mata,saya naik kepanggung dan memeluk Robby dengan sukacita. ”Saya belum pernah mendengar kau bermain sepeti itu Robby, bagaimana kau melakukannya?”aku bertanya.

Melalui pengeras suara Robby menjawab,”Bu Mary….ingat saya berkata bahwa ibu saya sakit? ya, sebenarnya dia sakit kanker dan dia telah berlalu pagi ini. Dan sebenarnya…dia tuli sejak lahir, jadi hari inilah dia pertamakali mendengar saya bermain. Saya ingin bermain secara khusus untuk ibu.

”Tidak ada satupun mata yang kering malam itu. Ketika orang2 dari layanan sosial membawa Robby dari panggung keruang pemeliharaan, saya menyadari meskipun mata mereka merah dan bengkak, betapa hidup saya jauh lebih berarti karena mengambil Robby sebagai murid saya.

Tidak,saya tidak pernah menjadi penolong,tapi malam itu saya menjadi orang yang ditolong Robby. Dialah gurunya dan sayalah muridnya. Karena dialah yang mengajarkan saya arti ketekunan, kasih, percaya pada dirimu sendiri, dan bahkan mau memberi kesempatan pada seseorang yang tak anda ketahui mengapa.

Peristiwa ini semakin berarti di Desert Storm,Robby terbunuh oleh pengeboman yang tak masuk akal oleh Alfred P.Murrah Federal Building di OKlahoma pada April 1995,Ketika di laporkan dia sedang bermain piano.—————

Comment dari Sakya Sugata:
Manusia adalah manusia, tidak ada orang yang dilahirkan tanpa memiliki talenta, semua ada dalam gudang kesadaran kita, hanya kadang sering tersembunyi dalam memori terdalam...
Membutuhkan waktu, keadaan, kekuatan dan kondisi yang membuat semua kekuatan itu terjadi.

Tidak ada manusia yang bodoh di dunia ini. asalkan mau tekun berusaha dan terus berjuang untuk mengembangkan dirinya. Maka keberhasilan akan menjadi milik anda.
Terus melatih dengan semangat dan daya juang yang gigih....
maka sesungguhnya kau telah keluar menjadi pemenang dalam hidupmu.
Berhasil atau tidak berhasil tergantung dari kebesaran hatimu...
Dengan menyadari kelebihan dan kekuranganmu, kau akan memahami arti dan telenta dirimu.

Share Catatan dari FB Dharmawati Chang...
Salam Mudita,
Mudita Center


Jangan Lepaskan!

Kemelekatan.....
Tidak dapat melepaskan......

Banyak yang selalu mengeluh demikian...
dan pertanyaan yang selalu muncul adalah bagaimana cara untuk MELEPASKAN?
tetapi mengapa artikel hari ini berjudul Jangan Pernah Lepaskan?
sepertinya kontradiksi sekali.....

Jangan khawatir...
Ikuti saja petunjuk ini...
Bila ketemu sama orang baik... Jangan lepaskan teruslah belajar dan ikuti jalannya!
Ketemu dengan orang bijak... Jangan Lepaskan ikuti nasihatnya...
Ketemu dengan mereka yang pandai.. Jangan lepaskan belajarlah dengannya...
Ketemu dengan pasangan hidupmu.. Jangan Lepaskan teruslah bersamanya...
Ketemu dengan guru yang arif, .. Jangan lepaskan sering-sering dengar petunjuknya..
Ketemu dengan pekerjaan yang cocok.. Jangan lepaskan teruskan perjuanganmu
Ketemu dengan kesempatan yang baik.. Jangan lepaskan ambil peluang yang ada dan berjuanglah..
Ketemu dengan sahabat yang baik.. Jangan lepaskan teruskan persahabatanmu
Mendapat keluarga yang mendukung.. Jangan lepaskan cintailah mereka sepenuh hatimu..

Musuh-musuhmu membenci dan memusuhi mu... Jangan lepaskan untuk selalu menyayangi dan mencintai mereka..
Orang lain sirik dan dengki kepadamu.. Jangan lepaskan teruslah berusaha menyentuh hati dan membimbing mereka.......
Orang-orang tidak menghiraukanmu... Jangan Lepaskan teruslah memperhatikan mereka...
Orang-orang tidak suka kepadamu.. Jangan lepaskan anggap mereka guru terbaik untuk kesabaranmu
Orang-orang memaki dirimu.. Jangan lepaskan semua itu adalah pelajaran terbesar untuk melatih emosimu...

Nahh.... kalau sudah membaca sampai sini....... semuanya terkesan melekat kah?
Jangan Lepaskan.. artinya menghargai kesempatan yang ada, menjaga sesuatu yang menjadi milik kita...
Melekat artinya menjadi sangat tergantung dan adanya ketergantungan tidak bisa melihat perubahan, tidak bisa melepaskan, tidak bisa merelakan apa yang harus di lepas, dan melekati apa yang tidak boleh di lepaskan.... hanya membawa penderitaan juga.
Karena Melekat tidak bisa dilepaskan...
Sedang "Jangan Lepaskan" tidak harus dilekati... Bila waktunya tiba untuk di Lepaskan.. Mala LEPASKAN!
Solusinya gimana?

Bila sudah tidak dapat bermanfaat bagimu...... lepaskanlah...
Bila kesempatan itu sudah berlalu... lepaskanlah......
Bila sesuatu itu menyakitkan.. lepaskanlah......
Bila sesuatu itu melukai.... lepaskanlah........
Bila sesuatu itu menakutkan dan menghantuimu...... lepaskanlah.......
Bila seseorang itu tidak bisa berubah..... lepaskanlah........
Bila sesuatu telah berubah...... lepaskanlah.........
Bila seseorang tidak dapat lagi memenuhi keinginanmu... lepaskanlah......

Melepas bukan berarti kehilangan....
Melepas yang negatif akan mendapatkan yang positif.
nah kalau sudah dapat yang positif.. JANGAN LEPASKAN....
Menyadari segala sesuatu pasti berubah tetapi bukan perarti harus pasrah.....
Menyadari segala sesuatu tidak kekal, tetapi bukan berarti tidak ada usaha...
Maka teruslah berusaha.... dan sadari.....
Bila kebajikan ada di depan matamu...JANGAN LEPASKAN
Bila hal yang indah terpajang di matamu... JANGAN LEPASKAN...
tetapi tidak perlu sampai DI LEKATI......
Bila sudah tidak dapat lagi membahagiakan. mengapa tidak di LEPASKAN...
agar akan datang lagi kebahagiaan yang baru.......
dan JANGAN LEPASKAN... sampai LEPAS sendiri.......hahahhaha

Kalau sudah dapet pencerahan Jangan Lepaskan.....'
bila sebaliknya dapat masalah baru.... LEPASKAN saja......
hahahhahaa.......

Selamat MELEPASKAN dan Selamat MEMPERTAHANKAN..
Sesuai dengan keadaan yang ada..
Bila ada keyakinan untuk ke arah yang baik JANGAN LEPASKAN....

Salam Ketidakkekalan...
Salam Perubahan..
Salam Mudita
Neng Xiu
www.muditacenter.com


Pedang yang 'Tertajam'

Sakya Sugata 25 November jam 9:03
Alkisah suatu hari seorang pedagang di padang pasir, bertanya pada temannya: "Aku mau mengarungi padang pasir untuk berjualan, beritahukan aku bila ada tempat2 dimana sarang penyamun berada,
dan tolong kau carikan pedang yang tertajam untukku, sebagai pelindung diri ini"

Temannya berkata: "Baiklah, ini kuberikan pedang 'Si Raja Langit' untuk menjagamu, bila ada sesuatu yang terjadi, kau Angkat pedang ini tinggi-tinggi dan katakan kalau kau adalah 'Penjaga Langit' dan ada syarat-syarat yang harus kau penuhi; Pedang ini bukan untuk membunuh, pedang ini juga bukan untuk bertempur, karena Penjaga Langit adalah penjaga kedamaian...."

Akhirnya dengan perasaan bingung, sang pedagang menerima Pedang 'Si Raja Langit' dengan suka cita dan mengungkapkan perasaan terharunya kepada temannya...

"Penjaga Langit adalah Penjaga Kedamaian, tetapi aku ada di bumi, bila di langit dapat damai, apakah pedang ini dapat menjaga kedamaian di bumi ini?" dan aku hanyalah pedagang yang tidak lepas dari untung dan rugi, aku harus menjual banyak barangku untuk kepentingan diri ini... apakah aku layak jadi Penjaga Langit?"

Temannya berkata: "kamu bilang ingin pedang tertajam di dunia, dan inilah pedang tertajam. Pedang yang tidak boleh melukai siapapun karena ketajamannya, pedang yang tidak boleh terkena darah sekalipun karena kesuciannya, pedang yang tidak boleh menyentuh kulit siapapun karena cinta kasihnya, pedang yang tidak boleh digunakan untuk melawan pedang lain karena kesaktiannya..."

"Sesungguhnya seorang pedagang, hanya takut di curi dan dagangannya habis di rampas orang-orang yang tidak tepat, tetapi Pedagang juga melupakan tugasnya bahwa banyak yang menantikan daganganmu, dan banyak kesempatan untuk bertemu dengan semua lapisan masyarakat, bila kau hanya membawa daganganmu.. maka kau hanya melewati hidupmu sia-sia, dan suatu saat kau akan terbunuh di jalan gelap..."

"Tetapi bila kau dapat menjadi pedagang yang penuh kasih, apalagi dengan membawa pedang 'Si Raja Langit' kau adalah Sang Pedagang 'Penjaga Langit', dimana kau telah membawa misi kedamaian di dunia ini, membawakan cinta kasih dan pedang kebijaksanaan pada siapapun yang kau temui, memotong peluang orang berbuat jahat, memotong kebodohan dan memangkas kekikiran dan keserakahan manusia...."

"Pedang yang tertajam adalah bukan yang melukai, bukan yang dapat memotong dan mematahkan sesuatu yang terlihat, tetapi bagaimana pedang tertajam itu dapat mematahkan yang tidak terlihat...
inilah tugas kau sebagai 'Penjaga Langit'"

"Sesungguhnya sesuatu yang berarti bukan lagi untung dan rugi, selamat atau mati sia-sia, tetapi adalah bagaimana memberikan kebahagiaan dan kedamaian pada dunia."

Salam Mudita,
Cerita ini hanya Fiksi belaka...
Diceritakan dengan Penuh Kasih
Sakya Sugata.
Mudita Center


Lepas.. Bebas...

Sakya Sugata 23 November jam 10:24
Kulihat ikan yang berenang begitu bebasnya...
begitu lepas... dan berenang dengan indahnya.
free...freee.. freee.. 自在...自在...無所障礙.

sudahkah kita merasa bebas lepas seperti ikan?
sudahkah kita merasakan suatu keindahan dari kehidupan yang kita jalani? atau sebaliknya berada dalam jaring-jaring derita?
atau masih terbelenggu dengan ketidakbebasan?

Jadilah ikan yang ada di lautan bebas...
Jangan menjadi ikan yang ada diakuarium,
atau ikan dalam toples....

lepas...lepas...lepas..
lepaskan hati dan pikiranmu...
bebas...bebas..bebas...
bebaskan dari kebencian, keserakahan, dan kebodohan bathin...
lepaskan dari keirihatian, kemalasan, dan kesombongan.......
lepas.. bebas.... berenang bebas dalam samudera kehidupan.....

Salam Mudita,
mudita center


Kisah Pencerahan 'Siput Kecil'

Namaku Siput, bukan karena putih maka dipanggil siput. Aku juga bukan putri raja, walaupun cara berjalan, bergerak aku seperti putri yang sedang memasuki tempat dimana singasana kebesaran berada.

Sejak aku dilahirkan, aku sudah harus membawa rumah ku sendiri, dengan beban di pundakku... aku berjalan tertatih-tatih, aku bergerak kesana-kemari dengan perlahan, seperti layaknya kaum bangsawan..

Pernah aku bertanya pada orang tuaku: "mengapa kalian melahirkan aku dengan beban yang berat yang harus ku bawa kemana-mana?"
"Rumahmu adalah tempat perlindunganmu, rumahmu adalah satu-satunya yang dapat menyelamatkanmu dari serangan apapun juga, sudah seharusnya kau bersyukur, dan sudah sepantasnya kamu menjaganya" Jawaban yang menurut aku tidak masuk akal...

Bagaimanapun orang tua dan teman2ku menasihati aku, aku tetap tidak sabaran, aku ingin gerakku gesit dan cepat seperti semut-semut yang setiap hari berlomba marathon, seperti ikan-ikan di aquarium yang berenang dengan bebas......

Aku merasa harus berkorban untuk menjalani hidupku dalam dunia yang begitu lambat, dalam ritme keseharian yang membosankan dan menjenuhkan, makan dari sisa-sisa makanan yang ada, tubuhku paling takut dengan yang namanya garam, yang dapat membunuhku...
aku tidak menyadari arti pentingnya rumah siput yang ku bawa kemana-mana. aku juga tidak merasakan ada bahaya disekitarku...
Aku lelah... lelah karena terus berjalan dan bergerak dengan lambat...
entah sampai kapan ku jalani seperti hidup ini....
sudah beban yang harus ku panggul begitu menyulitkanku, ditambah lagi dengan beban pikiranku yang tidak pernah berhentinya mengeluh, komplain, dan marah-marah....

Aku marah.. karena aku merasa tidak berguna, aku marah karena aku tidak dapat berlari cepat, aku marah karena hidupku begini-gini saja, aku marah karena tidak ada yang mengerti aku...

Walau ada yang bilang tubuh kami adalah tubuh yang paling lentur di dunia, tubuh yang paling indah bila bergerak, tubuh yang transparan yang bisa menempel di kaca-kaca aquarium, dan meliuk-liuk dalam pesona keindahannya... antena dikepala kami menjadikan kami begitu terlihat indah...tetapi aku tetap tidak menyukai semua itu...

Mengapa aku terlahir sebagai seekor siput? mengapa? mengapa? mengapa?... sampai suatu saat keluarga ku diserang oleh pasukan kelomang yang jahat, capitannya memaksa keluargaku untuk meninggalkan rumah siputnya, dan mereka dibunuh dengan keji...
untung saja aku dapat bersembunyi di tempat yang aman...
Kelomang juga membawa rumahnya kemana-mana, tetapi mengapa dapat berjalan begitu cepat, dan begitu berkuasa dengan capitnya yang berbahaya, begitu buas dan berbahaya bagi kami..........

Saat itulah aku mengerti, disaat perasaan kehilangan begitu dalam, disaat aku terluka dan hancur karena kekejaman pasukan kelomang, aku terdiam... membisu... dan mengerti...
keluarga kami keluarga siput sesungguhnya adalah keluarga beradab...
kami tidak pernah menyusahkan siapapun, kami hidup dengan tenang, dengan penuh keanggunan, dan memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri. Rumah siput yang ku bawa setiap harinya adalah perlindungan bagi diri kami sendiri, tanpa harus bergantung pada mahluk lain.
Sikap kami yang pelan tapi pasti, ternyata adalah pelajaran berharga tentang kesabaran, kesabaran yang tidak bisa dibeli oleh apapun. karena kami sudah biasa bersabar, maka nilai lebihnya adalah kami seharusnya menikmati hidup ini dengan tenang dan damai.

Tetapi mengapa aku baru menyadarinya sekarang? mengapa setelah semua terlambat? Kini aku baru mengerti apa yang dikatakan orang tuaku, ternyata aku adalah mahluk yang anggun, aku mahluk yang penuh dengan kesabaran, dan aku adalah mahluk lemah yang 'kuat' karena aku memiliki tempat perlindungan yang selalu tidak pernah meninggalkanku dalam keadaan bahaya apapun. aku adalah aku
aku siput kecil yang indah. aku Si Putri yang penuh pesona...

Terima kasih mama dan papaku, semoga engkau bahagia dalam kelahiran berikutnya, semoga dapat dilahirkan sebagai manusia yang memiliki kesabaran, kebijaksanaan, dan ketulusan. Terima Kasih pada kalian semua yang telah memberikan semangat untukku dengan membaca kisah ini.....

Cerita Renungan By: Sakya Sugata 2009
Salam Mudita,
www.muditacenter.com


Bagaimana Menyikapi Hidup

Banyak orang yang bertanya bagaimana menyikapi hidup?
ada yang bilang: "Jalani aja..."
ada yang bilang: "seperti air mengalir, jangan di bendung biar saja mengalir"
"Jangan kau lihat kebelakang... tataplah kedepan"
"Jangan hidup dengan masa lalu... jadikan masa lalumu membuat kau lebih hidup!"
"Jangan Melawan kehendak alam, dengarkan suara hatimu, dan jangan kau tentang nuranimu..."
"Jangan membuat hari-harimu menderita karena pikiranmu"

Semua pesan-pesan diatas, benar adanya.. tetapi semua penuh dengan kata JANGAN..... Jangan ini Jangan itu.... Jangan begini Jangan begitu... Sepintas memang kata-kata yang bijaksana...
Tetapi secara umum, orang yang sedang gundah, tidak senang mendengar kata JANGAN, karena baginya itu adalah larangan. dan siapapun tidak menyukai larangan, walalupun hai itu positif...
Jadi gimana dong?

Diganti kali yah sentuhan kata-katanya:
"Cobalah kita bersama menjalaninya... kamu tidak sendirian, saya pun sedang belajar melangkah dalam kehidupan ini..."
"Hidup ini memang seperti air yang mengalir, biarkanlah ia mengalir ke tempat-tempat yang memerlukannya..."
"Memang setiap manusia memiliki masa lalunya, bahagia dan sedih adalah satu proses yang kita jalani, semua itu dapat menjadikan kita lebih bijak dalam menjalani kehidupan ini... mari melangkah mantap ke depan sana... langkahkan kakimu... satu dua...tiga..."
"Biarlah kau telah menderita kemarin, marilah isi kebahagiaan bagi masa depan nantinya"

Akhirnya:
Bersikap ramah pada siapaun merupakan kewajiban yang perlu kita jalankan.....
Bersikap luwes pada apapun merupakan sikap yang perlu dikembangkan...
Tetapi tidak menjadi lemah dan lemes dalam menghadapi segala persoalan hidup..
Jalani dan isilah hari-harimu dengan hal-hal positif yang membuatmu tegar....

Salam Mudita,
Mudita Center


Balada Seekor Kera

Kera terkenal tidak bisa diam.. lompat sana lompat sini... lari sana lari sini, curi sana curi sini, hidupnya tidak bisa diam, matanya tidak bisa diam, terus bergerak mencari sasaran, apa yang bisa diambil pun diambilnya. Apa yang bisa di timpuk ditimpuknya...

Ada saatnya kera bisa duduk diam dengan manis, ketika Induk kera baru saja melahirkan, dan menyusui anak-anaknya... induk kera melindungi anak-anaknya... anak-anak yang baru lahir sampai jadi baby kera juga demikian diam, tenang dan memperoleh perlindungan yang sesunguhnya. Memang cinta kasih dan kasih sayanglah yang dapat menaklukan ke'liar'an seekor kera.

Sampai di satu batang pohon terlihat seekor kera yang sedang diam sendiri, murung dan tidak ada tanda-tanda keceriaan, ternyata ia sedang termenung seorang diri, meratapi induk kera yang baru saja meninggal di tembak seorang pemburu... air mata meleleh di matanya, kera itu sebentar meraung, sebentar termenung... dan bermuram durja.....

Tetapi diantara kawanan kera yang sedang bermain-main ada satu Induk kera yang paling sesepuh dari kelompok kera yang memperhatikannya, dan kemudian mendekatinya.. dan memeluknya....
memberikan dekapan terhangatnya, agar anak kera tersebut tidak lagi merasakan perasaan terlukanya.

Sentuhan dan Kasih sayang walau bukan datang dari induknya sendiri juga ternyata merupakakan obat yang terbaik dan termanjur yang dapat dirasakan untuk mengobati rasa sakit dan kesedihan dirinya.

Doa Sang anak Kera, Semoga Semua Kera berbahagia, bebas dari penderitaan, bebas dari ketakutan, bebas dari kecemasan, dan dapat memberikan keceriaan di hutan yang ridang. Semoga semua mahluk apapun juga hidup berbahagia...Terima kasih semuanya, terima kasih perhatiannya.. terima kasih atas kasih sayangnya... untukku untuk semua mahluk...

Salam Mudita,
Mudita Center


Bagaikan Batu Karang...

Banyak orang yang merasa lemah, dan selalu merasa tidak kuat menjalani hidup ini kemudian. Pergilah ke pantai atau ke laut...
lihatlah batu karang yang selalu setia berada di tempatnya...
mungkin Ia adalah guru bagi siapapun yang merasa kurang 'tegar'...

Sebuah karang yg selalu mendengarkan seruan ombak, dengan deburan yang selalu menghantam dirinya...
Ia tetap tegar tidak tergoyahkan, teriakan, ledekan, cemoohan serta terjangan deras dari Sang Ombak, Tetapi tidak membuat sang karang sakit hati.. Pujian, sanjungan dan kata-kata indah dari Ombak yang baik pun, tidak membuatnya tinggi hati... Ia tetap tersenyum dan menyapa mereka dengan ramah.......

kepada ombak di pagi hari selalu berkata: "Selama Pagi.. terima kasih kalian telah memandikan aku pagi ini...."
Kepada ombak di Siang Hari: ", terima kasih di siang yang terik ini, kalian telah membasahi aku..."
Kepada Ombak di malam hari: "walaupun aku merasa kedinginan, terima kasih karena kalian telah memberikan pukulan keras pada seluruh tubuhku, sehingga aku tetap merasa hangat, dan gelombang air yang menyelimuti aku, terasa sangat hangat... walau udaranya begitu dingin, terima kasih......."

Walau tubuhnya perlahan mulai terabrasi, tetapi ia tetap berdiri tegar dan tersenyum pada gelombang ombak yg datang padanya, semua bebannya terbang bersama angin laut........
Tegarlah saudaraku....... bangunlah... bangkitlah...
berjuanglah.....

Salam Mudita,
Mudita Center