Biarkan Aku Bicara -Sebuah Cerita Fiksi-

Selama ini mama terkenal sangat pendiam, baik dalam keluarganya maupun dalam pergaulannya.
sejak mama menikah dengan papa, ia selalu menjadi siteri yang penurut, isteri yang melayani suami dan anaknya dengan sabar, penuh cinta kasih dan kasih sayang. Mama tidak pernah marah, cerewet apalagi ngomongin orang. Hanya senyuman manis yang tidak pernah lepas dari wajahnya. Mama jarang bicara kalau tidak diperlukan, mama selalu membelai dan memeluk anak-anaknya penuh kehangatan. dan memberikan yang terindah untuk suami tercintanya.

Waktu terus bergulir, kami anak-anaknya pun telah tumbuh dewasa, papa yang semakin sibuk dengan urusan bisnisnya, semakin sedikit meluangkan waktunya untuk keluarganya, banyak pergi ke luar kota untuk urusan kantor katanya. Anak-anak mama semua sudah menjadi gadis-gadis cantik dan pemuda tampan yang menjadi pusat perhatian orang banyak. Tetapi mama tetap sama, mama tetap tidak berubah, tetap menyayangi kami dan suami tercinta. Mama tetap diam dengan senyumannya yang manis.

Saat aku telah mantap untuk berumah tangga, mamapun yang menyetujui hubunganku dengan pria yang baik hati, tampan dan ramah tamah, mantap dalam melangkah demi menyonsong masa depan, kembali lagi papa yang waktunya semakin sedikit bersama kami, hanya berkata:”bila mamamu menyetujui dan merestui, papa mendukung pernikahan kalian”. Kembali lagi mama selalu memberikan dorongan yang terbaik untuk pesta pernikahan kami.

Saat pernikahan dilaksanakan, semua berjalan dengan baik. Papa yang masih sangat gagah didampingi oleh mama yang terlihat sangat anggun dan cantik, demikian juga dengan papa mama mertuaku yang terlihat sangat serasi. tentu saja suamiku yang terindah kini telah menjadi pendamping hidupku selamanya. tentunya sebagai pasangan pengantin baru, kami merasakan kehidupan yang sangat bahagia. kehidupanku penuh dengan cinta, dan kurasakan warna-warni kehidupan yang begitu berwarna.

Lima belas tahun pernikahan ini, kini ku tahu bagaimana menjadi seorang ibu, anak-anakku telah besar, dan persoalan demi persoalan mencuat di permukaan. suamiku jarang pulang. Aku kadang kesepian, berteman dengan anak-anak yang semakin hari semakin tidak bisa mendengar cakap orang tuanya. Hilangnya kasih sayang seorang ayah terhadap anak-anakanya. Mereka hampir tidak merasakan peranan seorang ayah.
Kemana Ia selama ini? mengapa aku hanya diam? apa pandangan anak-anak terhadap papanya?
masalah ini telah sepuluh tahun lebih aku simpan, dan menjadi rahasia bagi diriku.
orang tuaku tidak pernah tahu masalah ini.
akhirnya aku tidak kuat lagi, aku menangis sejadi-jadinya. Aku tak tahu harus bagaimana lagi.
Sampai akhirnya aku tak sabar untuk segera mencurahkan semua ini pada mamaku.
aku tak tahan lagi.

Memang sejak pernikahan kami yang begitu bahagia, aku sudah jarang pulang ke rumah orang tuaku, aku malu bila mereka tahu semua masalahku.
akupun menceritakan semuanya pada mamaku, sekali lagi mama tetap tersenyum lembut, dan penuh kasih sayang, tidak ada ekspresi kemarahan diwajahnya. begitu tenang dan bersahaja.

Akhirnya mama pun berkata: “Anakku, Biarkan Aku Bicara!”
“Sejak aku dilahirkan, aku tidak pernah mengenal siapa ayah kandungku, kakekmu yang sekarang adalah orang yang terpaksa dinikahi oleh nenekmu, tetapi aku adalah cerita cinta masa lalu nenekmu dengan ayahku yang tidak tahu siapa dia dan kini entah dimana ia berada, kisah cinta yang jauh lebih memilukan dari Cerita Romeo dan Juliet. Itulah sejarah aku dilahirkan di dunia ini. Aku tidak pernah menyesali dan tidak pernah mau mencari siapa ayah kandungku. Karena Ayahku yang sekarang, ia adalah tetap seorang ayah yang sangat baik bagiku. Ia memberikan arti dan makna kehidupan bagiku. Arti bersyukur, arti menghargai, arti mencintai dan arti memiliki dan kehilangan. semua itu begitu lengkap dalam memoriku setiap kata-kata emasnya yang disampaikan setiap sore, waktu minum teh di taman depan rumahku. Sejak itu aku tumbuh menjadi sosok gadis yang tegar.”

“Aku tak banyak bicara, bukan berarti aku tidak bicara. Aku bicara tidak hanya melalui mulut ini, tetapi aku bicara melalui pikiran dan hatiku. Bicara seperlunya pada siapapun yang membutuhkan aku, tetapi aku terus bicara kepada dunia dan isinya tentang arti cinta. yang mungkin kamu tidak akan pernah mengerti, apa dan tentang apa yang kubicarakan pada dunia.”

“Biarkah Aku bicara, Sejak kamu dilahirkan papamu sudah memiliki pilihan lain di hatinya. Papa sering pergi keluar kota, bukan aku tidak tahu, semua aku tahu, bahkan siapa yang kini menjadi isteri-isterinya aku pun tahu. tetapi untuk apa tahu, bila itu tidak akan membantu apa-apa, tidak akan mengubah ia untuk hanya mencintaiku seorang, tidak akan mengubah ia untuk betah tinggal di rumah?”

“Anakku, kalian tidak tahu dan tidak perlu tahu, karena aku membesarkan kalian dengan penuh cinta, hanya satu kata Cinta dan Cinta, papamu masih selalu menjadi ayah bagi kalian, itu sudah jauh lebih dari cukup, dan sangat luar biasa menyayangi kalian, aku sangat bahagia dan semua itu adalah permata bagiku, kebahagiaan seorang ibu adalah melihat anak-anaknya tumbuh bahagia. dan tidak perlu tahu apa yang terjadi diluar sana, karena sejak aku dilahirkan aku sudah menjadi sosok wanita yang tegar, walau kadang aku pun bisa sangat rapuh.”

“Anakku biarkan aku bicara, selama ini aku disayang oleh papamu, demikian juga dengan isterinya yang lain, tetapi mengapa aku masih bertahan? Anakku, karena kalian, karena kalian adalah kekuatan hatiku, aku lahir dan aku melahirkan, aku memiliki orang-orang yang perlu aku cintai, karena kita hidup dengan cinta, walau aku jarang bicara tetapi semua hati dan pikrianku selalu penuh dengan cinta. Aku mencintai papamu, dan kalian semua”. memberikan yang terbaik untuk kalian semua.”

“Anakku sekali lagi biarkan aku bicara, Kadang kala kita perlu tahu tentang semua hal, tetapi kadang kala kita cukup bersyukur apa yang kita miliki, anakku bacalah cerita-cerita legenda raja-raja kuno, cerita sejarah, cerita cinta yang menjadi karya tulis terindah dan tersedih yang menghiasi pelosok bumi dengan kisah yang selalu berbeda. Berapa banyak cerita yang sama, tetapi berbeda dimensi waktu, plot, setting dengan pemain dan layar yang berbeda.”
“Mungkin kamu bertanya, mengapa aku begitu lemah? Anakku Ibumu bukan sosok yang lemah, aku adalah pemenang, pemenang bagi hidupku sendiri, aku menaklukan keegoanku sendiri, aku menyintai kalian semua dengan sepenuh hati, aku menyayangi mereka yang sepantasnya menjadi musuh-musuhku dengan ketulusan hati, apalagi kekurangan yang ku rasakan?”

“Anakku, kini papamu telah tua dan tidak lagi memiliki kekuasaan dan power, hanya aku lah satu-satunya yang setia menemaninya, kembali lagi kukatakan tentang kekuatan dari Cinta, inilah membuktikan ketulusan cinta ini, tidak perlu mengenang kehidupan dan bayang-bayang masa lalu, aku sudah cukup melewati dengan air mata dan Inilah saatnya dimana aku menjadi pendengar yang baik yang sering mendengar cerita dari semua orang yang berlindang air mata menceritakan semua kisah cinta yang memang menguras air mata. Cinta yang tiada akhir, cinta yang pribadi, cinta yang penuh nafsu, cinta yang penuh pengorbanan, cinta yang penuh ketulusan sampai cinta yang sia-sia…. semua itu adalah pelajaran kehidupan.”

“Anakku biarkan aku bicara, cukup sudah cerita sedihmu, ubahlah sifatmu, jadilah seperti ibumu, maka jangan menunggu semua jadi terlambat, kembalikan suamimu di pangkuanmu, jangan sampai terlalu jauh kau menanggung semua ini, isilah rumahmu dengan penuh cinta dan ketulusan, maafkan semua apa yang telah terjadi, terimalah ia kembali di dalam rengkuhan kebahagiaan dan kerharmonisan rumah tanggamu, jadikan rumah sebagai tempatnya berteduh, anak-anak adalah permata hatimu yang memberikan kekuatan tak terhingga untukmu”  

“Tiada Sesuatu yang tidak dapat berubah, jangan menyalahkan keadaan dan jangan menyalahkan yang telah terjadi, Semua ada sebab dan ada akibat. Jangan menjadi sebab bagi akibat yang belum ada. Jangan juga karena akibat melupakan sebab dari semua itu. Pelajaran terindah kehidupan adalah dengan memaafkan dan menerima, komunikasi adalah cara yang terindah dari segala hal, komunikasi bukan hanya lewat ucapan dan kata-kata, komunikasi dengan tubuh, gerakan, dan sorot matamu. komunikasi dengan perhatian dan kasih sayangmu.” Itulah nasihat dari ibuku, seorang mama yang luar biasa bagiku.

Akupun menangis sekuat-kuatnya dalam pelukan mamaku, aku mengerti dan sulit memahami rahasia dunia dan isinya, aku tidak habis pikir tentang ketulusan mamaku, Apakah masih ada orang yang seperti mama di dunia ini? Apakah aku mampu setegar beliau?
Apakah aku bukannya orang yang terlalu bodoh, sedang kata “perceraian” sudah menjadi lazim dan menjadi hal yang umum dimana-mana, Apa yang harus ku lakukan?
apakah aku masih mampu menerima kembali kehadiran “cinta” di rumah kami?
Wahai pembaca yang budiman, apa yang harus aku lakukan?
Setelah mendengarkan mamaku berkata: “BIARKAN AKU BICARA”
Cerita ini hanya fiksi belaka, bila ada kesamaan karakter atau tokoh didalam cerita, semua itu diluar sepengetahuan penulis, dan murni sebagai wacana dalam pelajaran proses kehidupan.
Sebagai bahan diskusi kita semua.

Ditulis dengan penuh Mudita Citta,
Neng Xiu (Sakya Sugata)
www.muditacenter.com