Hidup adalah Pilihan
Seringkali terdengar sepintas orang beranggapan bahwa hidup merupakan PILIHAN, dan KEPUTUSAN mengambil suatu pilihan, tidak lepas dan melibatkan dari KONSEKUENSI dan TANGGUNG JAWAB. Mari kita merenungi sejenak apakah memang demikian adanya? Apakah benar 'hidup' merupakan pilihan yang harus diambil? Apakah benar 'pilihan' melibatkan konsekuensi dan tanggung jawab? Mari kita mencoba menyelami sisi bathin kita, bila kita semua mau lebih bijak untuk memandang selembar 'Potret Hidup', yaitu Potret diri tentang Kehidupan nyata kita sendiri, maka perlahaan tapi pasti akan terjawab bahwa: "Hidup bukanlah semata-mata pilihan, akan tetapi lebih jauh lagi, hidup merupakan suatu PROSES yang Luar biasa yang sudah sepatutnya kita sadari." Proses PENYESUAIAN diri, Proses PENGENDALIAN diri, Proses PERUBAHAN diri, Dan Proses PENGEMBANGAN diri. Sang Buddha pernah berkata: "Sungguh sulit terlahir sebagai Manusia". Maka daripada itu betapa BERUNTUNGnya kita yg telah terlahir sebagai Manusia, karena masih diberikan kesempatan untuk MEMPERBAIKI diri. Kelahiran di Surga hanya ada Kebahagiaan, Kelahiran di Neraka, Alam Setan, Ashura hanyalah merasakan Penderitaan, Binatang pun tidak dapat membedakan mana yg benar dan mana yg tidak benar. Hanya di Alam Manusialah, kita dapat merasakaan Kebahagiaan dan Penderitaan silih berganti, Dan di alam inilah kita dapat MeMILIH apa yg akan kita perbuat, dan tentunya apa yg kita miliki dan dapatkan kemudian, adalah sesuai dengan apa yg kita tanam. Segalanya ada konsekuensinya dan harus dipertanggungjawabkan oleh kita selaku Manusia. Yang sangat disayangkan, bila banyak dari kita yg telah terlahir sebagai 'manusia', tetapi hanya meratapi keadaan mereka tanpa tergerak hatinya untuk membuat perubahan besar dalam hidupnya, terus menyalahkan kondisi dan keadaannya, selalu membanding-bandingkan dengan orang lain, tanpa mampu melihat dan menganalisa hukum 'Sebab-Akibat'. Mereka selalu bertanya : "Kenapa begini, Kenapa Begitu? Mengapa Saya, Mengapa bukan Dia? Kenapa Dia bisa seperti itu? Mengapa bukan saya yg begitu?....., Kenapa saya dilahirkan pd yg kondisi buruk sedangkan teman saya begitu bahagia?, dan lain-lain 1001 pertanyaan dan Pernyataan yg hanya membuat pusing kepala saja. Yang intinya adalah 'TIDAK MAU MENERIMA KEADAAN'. Banyak juga yg beranggapan, Siapapun tidak bisa memilih mau dilahirkan di mana, menjadi anaknya siapa, dengan latar belakang keluarga yg bagaimana. Akhirnya yang ada adalah menyalahkan kondisi hidupnya, menyalahkan orangtuanya, menyalahkan lingkungan dan sampai kapanpun sulit untuk bersyukur, dan sulit untuk hidup bahagia, dikarenakan KETIDAKPUASAN dirinya dengan apa yg telah didapatkannya. Padahal menurut pandangan Buddhis, kelahiran seseorang. Ditentukan oleh kekuatan karmanya sendiri, akan berhubungan dengan karmanya sendiri, terlahir oleh karmanya sendiri, mencari dan mewarisi karmanya sendiri serta akan terlindung oleh karmanya sendiri, baik atau buruk itulah yg akan di warisinya, tergantung perbuatan apa yg sering dilakukannya. Berbahagialah karena hanya di alam Manusia seseorang dapat memperbaiki karma buruknya dengan berbuat banyak kebajikan dan mengimbanginya dengan semangat dan tekad untuk membahagiakan semua mahluk, maka otomatis sesuai dengan waktu dan kondisi yang pas 'buah kebahagiaan' akan selalu mendampingi, dalam menghadapi Proses Kehidupan dengan sukha dan dukhanya. Apakah tidak ada 'Pilihan' sewaktu kita akan dilahirkan di dunia? Jelas ADA. Pada Saat 'Kesadaran' (Pattisandhi Vinnana) akan memasuki embrio yg akan ditujunya, sudah pasti akan mencari dan memilih orang tua yg memiliki 'persamaan karma' dengannya. Jelas terdapat 'pilihan' walau pilihan itu disesuaikan dengan kekuatan karma yg saling tarik menarik akibat perbuatan yg pernah dilakukan sebelumnya. Memang kesannya kita tidak dapat memilih, tetapi itulah sesungguhnya 'Pilihan' kita dari apa yg pernah kita lakukan sendiri. Apapun hasilnya itulah yg harus kita TERIMA dan JALANI dengan Pandangan dan Pikiran yang Benar. Setelah kita dilahirkan sebagai Manusia di dunia ini, lengkaplah yg disebut 'manusia', yang memiliki akal dan budi. Terlahir 'lengkap' atau 'cacat' itupun sesuai dengan kondisi karma yg 'dipilih' dari perbuatan masa lalunya. Karena tiada orang yg dapat menghindar dari perbuatannnya sendiri. Ibarat buah karma seperti bayang-bayang yang mengikuti objeknya kemanapun perginya, akan setia berjalan bersama. Maka dapat dikatakan: Apapun buah atau hasil dari Perbuatan Seorang melalui pikiran, ucapan, dan perbuatan yg disebut jg sebagai KARMA tidak akan pernah 'salah alamat' dan selalu Tepat Sasaran". Sebagai contohnya (hanya sebagai renungan saja): Misalnya Seseorang memiliki penyimpangan prilaku 'moral', senang mengunakan narkoba dan zat terlarang lainnya, namun ia adalah orang jg berguna di masyarakat dan lingkungan kerjanya, masih banyak kebajikan yg dilakukan. Saat meninggal banyak kerabat yg mendoakannya, kemudian karena kekuatan dari karma baiknya itu mendorong kelahirannya kembali sebagai manusia. Tetapi tetap karma buruknya jg menyebabkan pada PILIHAN sulit karena Ia harus dilahirkan dalam lingkungan komplek wanita tuna susila, dan terlahir sebagai anak cantik tetapi agak 'terbelakang'. Menjadi anak yg cacat sejak dalam kandungan dikarenakan sang ibu senang minum2 keras dan obat terlarang, maka sejak lahir badan menjadi sakit2an. Inilah hidup yg harus dijalaninya. Memang ia tidak 'bersalah' dalam kelahirannya tetapi itulah konsekuensi dan tanggungjawab dari kelahiran sebelumnya, secara tidak langsung seluruh perbuatannya masa lalu memilih dan membuka jalan bagi karmanya sendiri untuk berbuah dimasa sekarang ini. Seandainya kejadian ini terjadi pada diri kita sendiri, bagaimana kita mampu menghadapi riak-riak dan terjangan pergolakan ombak kehidupan, fenomena sulit dimana banyak masyarakat yang beranggapan buruk terhadap diri kita, Apakah kita hanya akan menyalahi kondisi, menyesali kelahiran ini? Tentu tidak! Terlahir menjadi manusia dengan keadaan seperti diatas (sedikit ekstrim) seolah sangat hina, tapi apa pernah berpikir lebih lagi, bahwa kebanyakan dari kita melihat 'akibat' tanpa mau melihat 'sebab'. Padahal bisa terlahir menjadi Manusia teramat sangat sulit dan harus jauh lebih bersyukur, dari pada harus jatuh dan mengalami penderitaa yg tiada habis2nya di 4 alam menderita (Alam binatang, Setan, Ashura, Neraka), yang mana hanya menjalani siksaan dari perbuatan buruknya di masa lalu, tiap detik hanya terdengar jeritan kesakitan, jeritan kelaparan, jeritan kehausan, jeritan ketakutan, jeritan kehampaan, dan banyak jeritan2 lainnya. Bila kita mampu merenungkan akan Hal ini, maka apapun permasalahan yg hadir mewarnai kehidupan kita sebagai manusia, disanalah terdapat 'kesadaran' untuk menjadi 'Orang yang Bijaksana' walau semua itu muncul dari 'Orang yang Bermasalah'. Ibarat teratai yg muncul dari bibit yg berada dalam lumpur nan kotor, tetapi mampu mencuat keluar dari permukaan dan menghasilkan teratai yg tidak dapat tercemar oleh kotoran, Perlu kita sadari bahwa bumi kita ini merupakan tempat yang paling cocok untuk belajar dharma, kehidupan sebagai manusia dengan banyak PILIHANnya untuk terus BERUBAH dan menuju tahap pembelajaran akan sebuah KESADARAN dari Konsekuensi dan Tanggungjawab akan Kehidupan itu sendiri. Bahkan Seorang Bodhisattva sekalipun untuk menjadi Seorang Buddha pun harus melawati berbagai kelahiran dalam samsara dalam menyempurnakan Paramitanya, terlahir dalam banyak kelahiran dan harus mampu menyelesaikan tugas dan misi luhurnya melewati berbagai banyak penderitaan agar mampu merasakan beban dan penderitaan semua mahluk di dunia. Dan yg terpenting untuk menyempurnakan Paramitanya calon Buddha sekalipun harus terlahir sebagai manusia juga. Dalam kelahiran kita sebagai manusia inilah, masih banyak yang perlu dann harus pelajari ddan renungi tentang hakekat kehidupan di dunia ini dengan berbagai Pilihan dan Konsekuensinya. Hanya menjalani Sila, melakukan banyak kebajikan dan mempraktekan Sang Ajaranlah yg dapat menjadi Pelindung bagi kita dengan. Demikian kita juga karena kita telah memahami berbagai proses kehidupan, sehingga kita sendiri mampu untuk membantu siapapun yang membutuhkan bantuan, maka Keindahan Hidup akan terpancar pada segenap alam. Apalagi, bila kita merenungkan kembali ke dalam kehidupan kita semua, di jaman yang serba cepat didukung dengan teknologi terkini, dimana orang berkompetisi memperebutkan posisi dan kedudukan, berkompetisi memperoleh laba yang terus menurus tak henti-henti, berkompetisi memperoleh penghargaan atas pengakuan diri, berkompetisi untuk menghidupi keluarga dirumah, berkompetisi menjadi yang terbaik, terhebat, tercepat dan ter - ter lainya........ Maka kita dituntut untuk memiliki keahlian dan pengetahuan yang cukup dilandasi sikap moral yang baik. Tidak hanya itu, tentunya dengan dilengkapi semangat, keyakinan, kemauan dan kerja keras, maka kita baru bisa maju. Jangan menuntut lingkungan yg harus berubah sesuai apa yang kita inginkan, akan tetapi kita sendirilah yang mampu mengubah lingkungan. Oleh Karena itu Apapun PILIHAN HIDUPMU, Jalanilah dengan Suka Cita dengan Tekad dan Semangat Bodhisattva untuk menjalani Hidup yg semoga dapat jauh lebih 'HIDUP'. Ayo perbesar lingkaran pengaruh kita, buktikan pada dunia bahwa hidup akan menjadi Indah bila kita mensyukuri dan memperjuangkannya berlandaskan faktor2 positif. Bingung pada Pilihan Hidup kita? Diam sejenak, Buka Mata, Buka Telinga, Buka Hati, Melihat dengan Mata Hati dan dengarkan Suara Hati kita, Maka yakinlah kita mampu memilih apa yang akan menjadi PILIHANan Hidup kita, dan apapun yang telah di PILIH sadarilah semua ada KONSEKUENSInya, Jalanilah dengan Lapang dada, maka disanalah akan kita dapatkan esensi Kehidupan. Amitofo, Salam Mudita, NX
Cinta....
Semua fenomena cinta tidak ada yang bener. Dikatakan benci, tapi sangat mengharap. Dikatakan sayang, tapi sering bertengkar.
Karena cinta itu adalah gabungan dari berbagai unsur: Sayang, perhatian, kemelekatan, kesabaran, kerelaan, berbagi, kepercayaan. Selain itu akan ada unsur lain yang mengikutinya, cemburu, takut, cemas, curiga, kesel, dan ujungnya bisa BenCi (Benar-benar Cinta). Banyak Harap tapi kurang menghargai nilai-nilai cinta itu sendiri... Buat yg lagi pacaran check it out!!
Saat Cinta menyatukan dua hati, ikrar janji dikatakan, untuk selalu menerima kekurangan dan Kelebihan masing2, Saling mengisi dan membantu satu dan lainnya. Setia dan akan selamanya menjadi pendamping hidupnya. nga main2 loh janjinya..
Saat buah hati muncul di dunia, karena cinta semua menjadi indah, adanya kehadiran mahluk baru ditengah2 mereka. Konsekuensi dan tanggungjawab pun dijalani dengan suka cita.
Saat anak-anak telah dewasa, kata-kata cintan sayang sudah lupa untuk terus dikatakan, dan diungkapkan perasaannya. Semua menjadi biasa, dan telah terbiasa. Kewajiban, status dan kebiasaan menjadi keseharian. Tanya pada mereka masih adakah cinta yg indah disana?
Rasa sayang masihkan dapat dirasakan?
Bila waktu dulu sering mengungkap kata sayang pada pendampingnya, sekarang ada yg tega berkata: "dibuang sayang"...
Kalau dulu berkata: "tiada wanita lain di hatiku, hanya engkaulah pujaan hatiku", sekarang ada yg mengatakan:"memang kau tidak ada apa2nya jika dibandingan dengan dia".....
Berawal dari cinta, menjalani dengan cinta, mengisi hidup penuh cinta, dan saat masa jaya nya kembali mencari cinta.
Sampai tua di depan mata, fisik telah renta, tiada lagi power dan kekuasaan, disanalah kembali menjadi pengemis cinta, hanya cinta lama yg mungkin masih menerima dengan tulus... Kembali mennjadi anak-anak, dirawat, disayangi, dikasihi, diperhatikan, bahkan dimandikan dan disuapi. Sampai dititik inilah baru mampu menilai arti cinta dan sayang yg sebenarnya.
Mengapa harus menunggu saat renta itu tiba?
Bukalah mata hati, dengarlah suara hati, dan jagalah hati, agar hati-hati memilih puijaan hati, jagalah dua hati agar tidak makan hati, semua akan indah bila tidak pergi ke lain hati..
Salam Mudita,
NX'2012
Mudita Love Children
Melihat perkembangan jaman dan teknologi yang semakin maju, ternyata masih banyak diantara sesama kita yang ketinggalan dan kekurangan.
Banyak juga anak-anak Buddhis berprestasi yg tidak mampu, bahkan terancam putus sekolah, mereka mengharapkan uluran tangan kita semua.
Program Mudita Love Children (MLC) gelombang satu hendak akan berjalan, dan sudah beberapa anak asuh yg tersaring ternyata memiliki potensi dan kemampuan yg terpendam, tinggal bagaimana kita dapat membimbing mereka. Sudah tentu dengan tetap memberikan kesempatan kepada mereka untuk terus melangkah maju.
Mudita Kids Gathering juga mengajak anak-anak MLC untuk ikut serta, hasilnya kita lebih kenal dengan mereka dan mereka juga tidak ragu-ragu juga merasa bangga menjadi bagian dari MLC.
Bila anda ingin berperan serta dalam Mudita Love Children silakan pelajari website dibawah ini dah jangan ragu-ragu untuk terus ber'mudita' bersama Mudita Center.
http://www.muditacenter.com/?page_id=558
Semoga Semakin banyak anak-anak Buddhis yang tercerahkan dan tercerdaskan guna membangun bangsa.
Salam Mudita,
Mudita Center.
Mencari Bahagia
Mencari kebahagiaan dan kebebasan, bukan dengan pergi ke gunung, bukan mencarinya di gua, bukan menemukan di kota, bukan di pantai. Tetapi kembali ke dalam hati, melihat Buddha Nature yg ada dalam jiwa. Dimanapun berada Buddha Nature dalam diri selalu mengikutimu mengundang untuk dibuktikan dan dibongkar ke'eksistensi'annya
Sebenarnya ada benarnya bagi mereka yg hidup dalam hiruk pikuk kehidupan yg serba bising, cepat, dan menegangkan, begitu mengubah suasana pergi ke gunung yang sangat tinggi, keadaan indah dibalik awan, dan menenangkan diri di sana, ketenangan akan bisa didapatkan, walau bukan jaminan hanya kemungkinannya lebih besar saja.
Tetapi kembali lagi pada refleksi diri, apakah ketenangan sejenak dapat membawa kebahagiaan tertinggi?
Apakah kemelekatan, kecemasan, ketakutan, kesedihan dan segala permasalahan hidupmu telah ditinggal di kaki gunung, saat semangat dengan niat yg tulus untuk menaklukkan puncak gunung atau tidak? Itulah yang terpenting. Tujuan bukan utama tetapi prosesnyalah yang utama
Karena walaupun kondisi yg terindah sudah didapatkan dan menunjang, tetapi jiwa dan raga masih tidak bisa menerima perubahan, keinginan dan ketakutan menghantui diri, maka akan sama artinya. Kita hanya berpindah tempat, tetapi tidak merasakan perubahan apapun dari Sang Diri.
Belajar menerima keadaan, belajar mengikuti alam, berjuang mengikuti kehendak alam, dan melupakan eksistensi diri yg selama ini membentuk 'karakter' tersendiri, dan refleksi serta menemukan 'Sang Diri' yang sesungguhnya, karena diri sendirilah yg berperang dengan diri sendiri, dan diri sendiri lah yang mampu menyibak misteri hidupnya sendiri.
Lingkungan, alam, keadaan hanya mendukung kita untuk mempraktekan apa yg sudah dipraktekan oleh nenek moyang dalam menaklukan 'diri'nya sendiri
Salam Mudita,
NX.26.5.11
http://184.105.234.67/fa/15/fa15cd079c42bd99b7522b5dd1837eb5/ba64807/WhiteClouds_fa15_w_1.3gp?c=31394516&u=708344046&s=BMClKU&z=1102
Sahabat dalam Perjalanan Hidup Kita
Berbagai proses perjalanan hidup yang kita alami. Tentunya sahabat-sahabat dalam perjalanan hidup juga ada yang datang dan ada yang pergi. Tidak selamanya dapat selalu bersama.
Saat berjalan bersama dalam jalan yang mulus, memang banyak yang merasakan indahnya hidup bila diisi dengan keceriaan dan kebersamaan dengan mereka yang disayangi. Walau dalam perjalanan terdapat sedikit gangguan, namun semua itu bukanlah menjadi masalah selama bisa berkumpul jalan bareng sama-sama, adalah hal yang menyenangkan bagi sebagaian orang, tetapi ada juga yang tidak suka keramaian dan kebersamaan merupakan sedikit 'gangguan' bagi sebagaian orang lainnya. Memang masing-masing memiliki karakter yang berbeda, tetapi bila dicermati intinya sama: "tiada orang yang senang kesepian".
Bagi orang yang senang menyendiri sekalipun, tanya pada mereka apakah mereka tidak kesepian? Jawabannya pasti iya, namum mengapa tidak mau pergi bersama-sama? karena mungkin belum bertemu dengan teman seperjalanan yang cocok, bila sudah bertemu... wah dijamin nga akan kesepian lagi.
Nah bila saatnya kita harus berjalan di pematang sawah atau di pinggir pembatas empang, tidak lagi bisa berjalan bersama-sama bergerombolan, karena masing-masing orang harus berbaris dan memperhatikan langkah kakinya sendiri-sendiri, atau bisa-bisa terperosok ke sawah atau nyebur ke empang. Tetapi bagaimanapun juga keramaian tetap menghiasi suasana sepanjangn jalan itu, suara-suara saling mendukung maupun canda tawa terlihat dalam keceriaan yang dirasakan karena kebersamaan dalam barisan tetap yang harus berjalan dengan hati-hati. Yang belakang melihat yang depan, yang depan tetap berjalan lurus ke depan tetapi karena kepedulian sewaktu-waktu melihat juga ke belakang, khawatir bila ada teman yang tertinggal jauh di belakang. Inilah sebuah kebersamaan.
Jalan setapak juga banyak kita temui dalam perjalanan kehidupan kita, saat kita harus memperhatikan diri sendiri, kita juga saling mendukung dan membantu teman-teman yang lainnya, agar tidak tertinggal dan terus dapat bersama.
Namanya Perjalanan pasti ada persimpangan, nah disanalah hukum perubahan itu berlaku, tidak selamanya teman-teman kita terus dalam satu jalan yang sama, karena sejak lahir tujuan kita masing-masing berbeda. Sama hanya karena kondisi dan keadaan yang mendukung. Berbeda karena capat atau lambat akan dihadapkan pada persimpangan.
Dimana kita masing-masing harus melanjutkan langkah kaki sesuai dengan arah dan tujuannya. Tidak mungkin kita selalu bersama-sama terus, dan memaksakan kehendak bagi semua teman-teman untuk mengikuti arah dan langkah kaki kita.
Disinilah dibutuhkan kebijaksanaan dalam berpikir dan melihat sesuatunya. Kadang kebersamaan menimbulkan perasaan nyaman dan menjadi keterikatan yang akhirnya menjadi sumber kemelekatan. tiada yang rela untuk berpisah. Semua kenangan indah selama bersama akan menjadi tali dan belenggu yang tidak rela untuk diputuskan.
Berbeda halnya bila berjalan dengan orang yang dibenci atau tidak disukai, saat dipersimpangan doa terbesar kita adalah semoga mereka mengambil jalan yang berbeda atau jalan lain. Saat mereka memilih jalan yang berbeda puji dan syukur terucap dari dalam hati kita, begitu senangnya kita karena sepanjang perjalanan penuh dengan kenangan buruk yang hanya menyakitkan hati saja. Padahal harus direnungi juga tidak sedikit juga kenangan indah dan pengalaman berharga yang didapatkan saat berjalan bersama dengan orang yang tidak sehati dengan kita.
Tetapi anehnya dari kebanyakan kasus yang ada, entah mengapa dan bagaimana mereka yang tidak sehati ternyata terus selalu mengiringi langkah kaki kita... nah inilah yang disebut sumber penderitaan baru dalam proses perjalanan selanjutnya.
Bila direnungi lebih dalam lagi, hal ini juga bukan sesuatu yang negatif, karena mereka semualah kita dapat belajar kesabaran, belajar lebih tegar dan lebih semangat lagi, belajar untuk memaafkan, belajar untuk mengasihi dan belajar untuk bertambah bijaksana.
Selamat menikmati perjalanan hidup kita, arah dan tujuan mana yang akan ditempuh semua adalah pilihan hidup kita, harus dijalani dengan suka cita. Saat bersama, rasakan kebersamaan itu, saat berpisah juga jangan menyesal dan jangan bersedih, karena semua itu hanya sementara, ada perpisahan maka akan ada pertemuan kembali di persimpangan jalan berikutnya bila ada waktu, dan ikatan jodoh yang kuat.
Jadikan sahabat sebagai penyemangatmu, Dan yang luar biasa adalah jadikan musuhmu sebagai sahabatmu. Karena tidak selamanya orang yang memusuhi kita akan selamanya menjadi musuh dalam hidup. Dan Semoga semua yang menjadi sahabat kita akan selalu menjadi sahabat. Itulah hal yang terindah dalam hidup.
Salam Mudita,
Renungan dari Hati Seorang Ibu.
Renungan dari Hati Seorang Ibu.
Oleh -Sramanera Sakya Sugata
Ditulis untuk Buletin Muda-Mudi Vihara Pluit Dharma Sukha Dalam Acara hari Ibu
Hari ini adalah tepat hari ibu, aku ingin menulis semua disini sebagai renungan bagiku atau siapapun yang membacanya…
Apakah peranan seorang ibu dari jaman ke jaman selalu sama? Tentu tidak, jaman semakin maju maka peranan wanita semakin penting dan berarti dalam mengisi kehidupan ini. Tetapi semakin lama semakin berat rasanya peranan seorang ibu sekaligus menjalani kehidupan sebagai wanita karir.
Kusadari jaman terus berubah dengan cepat, segala kondisi tidak lagi sama, dahulu kami harus patuh kepada orang tua, dan sebagai anak-anak tidak ada yang berani melawan orang tuanya, tetapi anak-anak sekarang sangat berbeda, mereka sulit sekali mendengar nasihat dari kedua orang tuanya.
Bila dulu sosok seorang ayah begitu ditakuti, sekarang ayah malah menjadi tempat pengaduan bila para ibu memberi hukuman kepada anaknya. Bila dulu guru begitu dihargai, sekarang dapat dipastikan orang tua murid begitu melindungi anak-anaknya, dan para guru lebih mendengar orang tua muridnya dari pada melihat kenyataan kesulitan para siswa yang semakin sulit diatur.
Memang semua tidak lagi sama…
Dahulu orang tua dapat melahirkan banyak anak, tetapi saat ini untuk mendidik dan merawat seorang anak saja susahnya setengah mati, biaya hidup yang mencekik leher, belum lagi perkembangan ilmu pengetahuan dan biaya hidup yang semakin besar membuat aku kesulitan untuk mengatur keuangan. Anak-anak yang hanya tahu main.. main ... dan main, sering menuntut untuk dibelikan mainan yang harganya selangit. Padahal mainan kami dulu hanyalah terbuat dari apa yang ada disekitar kami, itu pun sudah bahagia rasanya, bermain bersama teman-teman yang penuh canda tawa. Saat ini anak-anakku hanya bermain sendiri di kamarnya, bermain dengan permainan komputer yang serba canggih. Lupa dengan tugasnya sebagai pelajar dan sebagai anak di rumah.
Bila dahulu kami menanti orang tua untuk makan bersama di meja makan, anak-anak jaman sekarang sulit sekali disuruh makannya. Kadang hati ini meringis untuk merawat anak-anak jaman sekarang. Mereka terkadang jauh lebih pandai dari orang tuanya. Pendidikan anak TK saja sudah jauh lebih susah dari pada pendidikan kami dulu yang nyata-nyata hanya bermain. SD sudah mengecap pendidikan SMP, dan pelajaran SMA sudah sangat sulit sekali untuk aku ikuti.
Terkadang kasihan dengan anak-anakku, Sepulang sekolah sudah sore masih harus ikut kursus ini kursus itu, bila tidak ikut, maka akan ketinggalan pelajaran. Pulang sudah petang dan itu pun sudah harus mengerjakan pekerjaan rumahnya. Belum lagi mereka tidak mau lagi untuk belajar di rumah karena seharian habis waktunya untuk belajar, maka setibanya di rumah waktunya dihabiskan di depan televisi atau di depan komputer.
Sebagai orang tua pun kami memiliki dilemanya sendiri, hubungan rumah tangga pun semakin sulit untuk dijaga, kesibukan masing-masing dan teknologi yang semakin maju dengan adanya jejaring sosial internet dan BlackBerry juga merupakan suatu fenomena baru. Hiburan baru bagi para orang tua, obat stress dan pengisi waktu luang. Tapi hal ini juga menjadikan masalah baru bagi mereka yang tidak dapat mengunakan waktu dan kebijaksanaannya. Mengingat jarak antara teman tidak lagi menjadi jarak, dengan messenger yang menjadikan hubungan persahabatan begitu dekat, sehingga terasa ada yang menemani dalam setiap saat. Teman-teman yang jauh dan hampir hilangpun dapat berjumpa kembali, bercakap dan bercanda kembali. Di jalan, di mobil, di rumah dimanapun dapat membuat para orang tua melupakan sejenak masalah berat yang harus dipikulnya.
Hanya terkadang kemajuan teknologi ini menjadi buah simalakama, ketika para suami telah keluar dari koridor dan tanggungjawabanya sebagai suami, dan ketika kaum perempuan yang kesepian akhirnya tergoda oleh mereka yang bukan suaminya, kehidupan terasa hampir kacau dibuatnya. Peranan orang ketiga dan keempat begitu mudah masuk dalam sebuah rumah tangga. Terkadang masalah-masalah dan fenomena ini sangat membuat pusing kepala. Tentunya tidak semua orang tua yang menghadapi masalah seperti ini. Semoga saja demikian. Tetapi inilah fenomena yang harus kami hadapi.
Anak-anak mencontoh orang tuanya, orang tua belajar dari anaknya. Semua memiliki tugas dan tanggungjawabnya sendiri. Harus bijaksana dalam menyikapi segala permasalahan hidup.
Bila dahulu persoalan kehidupan begitu mudah diatasi, sekarang membutuhkan orang-orang yang bijaksana untuk membimbing agar kita semua tidak salah dalam mengambil keputusan. Agama memang harus tetap menjadi pedoman hidup agar tidak keluar dari jalur dan jalan yang benar. Ikatan anak dan orang tua, juga harus tetap terjaga agar tidak ada kesalahpahaman, yang malah menyebabkan anak berontak kepada orang tuanya dan lari dari rumah. Ikatan suami isteri juga sama harus disikapi dengan bijaksana, bila tidak hubungan yang sudah dingin akan menjadi retak dan hancur dalam kepingan dan serpihan emosi dan egois manusia.
Untuk itulah kehidupan ini harus diimbangi dengan kemajuan spritual, dimana aturan dan norma-norma kehidupan tetap menjadi ’penjaga’ dalam bertingkah laku dan bermasyarakat. Dengan melangkah pada jalan kebenaran, maka harapan dari semua kaum ibu di dunia akan tercapai, yaitu memiliki keluarga yang harmonis, bahagia dan bebas dari pertengkaran, perpecahan dan keributan rumah tangga.
Melatih dan mempraktekan cinta kasih, kasih sayang, rasa simpati dan kebijaksanaan di dalam rumah yang sesungguhnya. Menjadikan hidup terasa lebih hidup. Saling menghargai dan menghormati satu dengan lainnya, membuat anak-anak merasa di dengar suaranya, para suami juga merasa di hargai dan tentunya kaum ibu akan selalu berbahagia. Keceriaan di dalam polosnya wajah anak-anak akan menjadi penghiburan di kala hati sedang lara. Senyuman dan ketulusan dari orang yang dicintai akan menjadi menyemangat dalam menjalani kehidupan ini. Kehangatan dan kasih sayang akan selalu terpancar di hati. Maka Keluarga akan bahagia, Lingkungan akan tentram dan bangsa ini akan damai. Mari kaum ibu sekalian kita berjuang untuk menjadi ibu yang bijaksana, yang memiliki cinta kasih dan kasih sayang dalam mengisi kehidupan ini. Menjadi suri tauladan bagi anak-anak di negeri ini. Karena Ibu adalah pahlawan di rumah bagi anak-anaknya.
Catatan Penulis:
Tulisan ini hanyalah sekedar renungan belaka, dengan mengambil seorang Ibu sebagai Subyeknya, bila ada kesamaan cerita atau penafsiran, ini hanyalah kebetulan adanya, sesuai dengan fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat. (NX’22.12.10)
Rumah Tangga
Pengertian dari sebuah rumah tangga, adalah hidup bersama dalam satu atap, menjaga keharmonisan dan pengertian.
Rumah tangga bukan berarti rumah yang ada tangganya. 'Tangga' hanya perumpamaan, bila mampu menyelesaikan permasalahan keluarga adalah langkah 'naik' meniti anak tangga. Tangga kehidupan penuh dengan ujian, rintangan. Bila ingin melangkah 'naik', harus penuh tekad, dengan kepala dingin, kehangatan, dan penuh kebijaksanaan dalam menjalani proses kematangan dalam berumahtangga.
Harus satu demi satu anak tangga dilewati untuk suatu kemajuan, membina rumah yang penuh dengan keceriaan dan kebahagiaan, menjadikan rumah sbg home sweet home.
Bila ada kemunduran artinya ia harus melangkah 'turun', karena sangat sulit untuk meraih kebahagiaan yang lebih tinggi.
Membina Rumah tangga, bila sudah 'turun' kembali sampai 'lantai dasar', artinya keputusan untuk keluar rumah sudah hampir terjadi, ini masih bisa dibenahi, dengan kekuatan cinta dan pengertian akan mampu membawanya 'naik' kembali. Selama masih berada di dalam rumah Sesungguhnya 'naik turun' hal biasa, merupakan proses yg penuh arti dan makna.
Tetapi bila sudah di'lantai dasar' ternyata ada juga yg mau keluar dari rumah, siapapun tidak mampu lagi mempertahankannya.
Bila ada yang memilih melangkah 'turun' ke 'basement', dari pada harus 'keluar' rumah, mungkin hidupnya akan terasa 'sesak', tiada gairah, penuh dengan kesumpekan. Tidak berani 'keluar rumah' juga tidak mau 'naik' lagi ke atas. Hidup yang kelabu tanpa cinta dan kasih sayang apalagi keharmonisan.
Bila keadaan semakin kacau, ingatlah tekad awal ketika membina rumah tangga, jangan sampai "sudah jatuh tertimpa tangga"
Mereka pun harus mampu bangkit dan kembali 'naik' meniti 'tangga' kehidupannya yang baru.
Inilah sedikit renungan tentang 'rumah tangga' hanya sekedar perumpamaan.
NX'17.12.10
Mentari Hati
Mencari Mentari di Malam hari, hanya akan sia-sia, tetapi bukan berarti matahari itu hilang atau lenyap, ia hanya terlihat di balik sisi bumi yang lain sampai waktunya tiba mentari pun akan muncul kembali.
Mencari kebahagiaan pada saat penderitaan datang, juga bukan tidak mungkin, karena bahagia tidak pernah meninggalkanmu. Dengan membalikan kondisi yang ada, kita baru mampu mendapatkan kebahagiaan itu, cobalah mengubah cara berpikir dan cara pandang kita dalam melihat persoalan yang ada, maka bahagia akan kembali menjadi milikmu. Ibarat rotasi yang dipercepat, maka mentari pun akan kembali terlihat sebelum waktunya (umpama bisa dipercepat).
Perputaran siklus perasaan juga, hanya diri sendiri yg punya kuasa untuk mempercepat atau memperlambatnya, bila kita ingin bahagia, jgn lama-lama menderita. Karena sesugguhnya bentuk2 pikiran inilah yg membuat perubahan ke arah positif terasa lambat.
Bila di hati kita terdapat mentari yang selalu memberi kehangatan dan 'kehidupan', maka tidak perduli siang atau malam, kita akan dapat melihat dengan jelas. Bathin ini tidak akan lagi berada di dalam kegelapan. Selama Mentari hati ini adalah Mentari yg penuh cinta kasih, welas asih, rasa simpati dan kebijaksanaan, Demi kebaikan, Mentari ini akan bersinar dengan lembutnya. Tugasnya adalah membakar sifat-sifat buruk kita. Tentunya Mentari yang mampu seperti itu semua hanyalah "Mentari Hati" anda.
Untuk menghubungi dua hati, yang sedang berselisih, hanya ada ucapan kata maaf dan ketulusan untuk kembali menjalani hubungan yang baik, gunakan kartu 'mentari' dari handphone anda, atau provider lain yg anda miliki. Wakakakkaaka....cheers
NX'16.12.10
Bahagia di Tengah Ketidakbahagiaan
Ada Syair untuk Sahabat-Sahabat Mudita Center yang selalu ber'Mudita':
Bahagialah Hidup tanpa membenci,
Bahagialah Hidup dengan Cinta kasih.
Bahagialah Hidup yang penuh harmonis.
Bahagia jugalah saat kita tidak berbahagia...
Karena begitu ketidakbahagiaan muncul,
sesungguhnya bahagia tidak pernah meninggalkan kita.
Tinggal mengubah pola pikir dan cara pandang kita,
bahagia kembali menjadi milik kita.
Dan Bertambahlah kebijaksanaan dari pengalaman yang ada.
karena ada ketidakbahagiaan, maka kita baru bisa menghargai kebahagiaan.
NX'10
Bagaimana kita bisa mengubah pola pikir dan cara pandang kita?
ini yang perlu mendapat perhatian dari kita semua.
Pada saat hal yang tidak menyenangkan, kekesalan dan emosi datang pada kita, sesungguhnya gejolak dan permaian perasaan begitu hebatnya. Mengocang kesadaran kita, mengoncang harga diri dan ego kita. dalam hitungan seketika saja, kita menjadi tidak mood, menjadi bete, dan terasa sekali perubahan raut wajah, hilang nya senyum dari wajah yang tadinya manis, denyut nadi yang terus beretak tak teratur, membuat satu hari terasa sangat panjang dan kacau balau.
Membuat kita mau tidak mau, sadar tidak sadar untuk merenungi, bahwa 'hal' ini TIDAK BAIK, TIDAK BERMANFAAT, MERUGIKAN diri sendiri dan orang lain. memang SUSAH untuk mengendalikannya, tetapi yakinlah ada satu sisi PUTIH manusia yang bila "SUARA"nya di dengar akan dapat menaklukan suasana PERANG dalam hati.
Suara si PUTIH akan berkata: "Sudahlah... Capeee... apa nga capeee marah-marah sendiri, orang yang dimarahinya juga tidak tahu apa-apa kok"
"sudahlah....capeeee, yang cape hati dan pikiranmu!" sudah cukup bermain-main dengan sesuatu yang hanya membuat kita cepat tua, mendekati bahaya, serangan jantung, stroke semakin mendekat"
"sudahlah... lupakan semua, jangan lagi berperang dengan ketidakpastian dan ketidakjelasan sifat dan karakter orang lain! Perhatikan sifat dan karakter sendiri, juga sama saja tidak jauh-jauh beda dengan orang lain, seharusnya kita memperbaiki diri sendiri dan menunjukan perubahan ini kepada orang lain sebelum kita menginginkan orang lain berubah untuk kita"
Mengapa suara itu nyaris tidak terdengar oleh kita?
Karena kita terlalu banyak mendengar suara si HITAM yang memang senang atau tidak senang suaranya jauh lebih besar dan jauh lebih berperan dari pada si PUTIH, Sebaliknya suara si PUTIH butuh kesadaran kita untuk mendengarkannya, karena suara itu begitu halus, lembut dan nyaris tak terdengar. Hanya hati yang sedang tenang baru bisa mendengarkannya.
maka pada saat emosi muncul, cara tercepat adalah keluarkan emosi itu segera, Bicaralah dengan Dinding yang akan setia mendengarkanmu (tapi hati-hati dengan tembok yang bertelinga...)
Guyurlah kepala yang sedang panas dengan air dingin, duduklah dan merenunglah, mulai untuk menjadi pendengar yang baik, maka akan ada pertarungan HITAM dan PUTIH, pertajam pendengaran kita dan amati suara si PUTIH. Maka keindahan itu ada disana. Jawaban dari persoalan hidup ada disana. Kebijaksaanan juga ada disana.
Bahagialah saat ketidakbahagiaan itu datang, karena kita akan semakin dewasa, kita dapat semakin bijaksana, belajar mengatasi masalah yang datang dalam diri sendiri, belajar mengatasi semuanya sendiri, dan mengembangkan potensi "pencerahan" di hati.
Salam Mudita,
Neng Xiu
Makna Perjalanan Hidup.
Makna Perjalanan Hidup.
Cerita oleh: Sakya Sugata.
Dua orang anak pergi ke bukit "lolipop" dimana sepanjang jalan di bukit tersebut penuh dengan permen beraneka bentuk dan rasa.
Mereka masing-masing membawa tas, anak pertama berjalan sangat cepat dan tergesa-gesa mengumpulkan semua permen yang ditemukan di dalam perjalanannya. Dan dengan harapan ia akan sampai di puncak dan kembali turun terlebih dahulu dengan jumlah permen terbanyak dari temannya. Alhasil terlalu sibuk berlari dan mengumpulkan permen memenuhi tasnya, sampailah ia di lereng bukit di sisi yang berbeda.
Ia bertemu dengan seorang pertapa yg bijaksana yg menyapanya: "hai, bocah mengapa nafasmu tidak teratur dan terlihat sangat cape sekali?"
Anak itu menjawab: "ya aku tergesa-gesa mengumpulkan semua permen yg berharga ini"
"Sudahkah kau mencicipi permen2 itu, apakah rasanya?" Tanya sang pertapa.
"Oooooo.... Ternyata aku hanya sibuk berlari dan mengumpulkan permen ini, tanpa menikmati rasanya"
Kemudian datanglah temannya dengan santainya, "Ooooooiiii, ternyata bukit ini penuh dengan pemandangan indah, burung-burung yg indah. Dari puncak bukit ini bisa melihat seluruh desa dan danau yg indah, juga ada kelinci yang bermain riang, rusa yg cantik.
Dan tentunya sepanjang perjalanan aku menikmati aneka rasa permen yang enak sekali... Wow begitu indah hari ini."
Pertapa tadi berkata:
"anak-anak inilah yang dinamakan kehidupan, yang terpenting adalah bagaimana proses perjalanannya, bukan tujuan yg utama, karena cepat atau lambat semua akan sampai pada tujuannya, tetapi proses perjalanan, pengalaman dan kenangan yg dilalui tidak dapat terulang kembali.
Ada yg sibuk mengumpulkan sesuatu yg menurutnya berharga, tetapi tidak menikmatinya, dan mengabaikan disekitarnya, sesungguhnya disekitar kita sangat amat banyak harta karun yg sangat berharga. Tetapi karena kesibukan kita melupakan semuanya, dan akhirnya penyesalan datang belakangan karena kita tidak bisa menikmati hidup."
Mereka pun tercerahkan.
NX'7Des10
Masih Adakah Kekuatan dari Sebuah Kebersamaan?
Apa yang dirasakan dalam keseharian dalam kesibukan masing-masing?
Masihkah ada waktu untuk berbagi dengan orang-orang yang disayangi dan dicintai?
Masihkan ada untuk men'charge' pikiran dan bathin sendiri?
Masih ada waktu untuk merenung dan bersyukur?
Masihkah ada waktu untuk bercanda tawa dengan teman-teman lama, sahabat, dan orang yang terdekat?
Atau seluruh waktu kita habis untuk bergelut dalam pekerjaan, stress dan kecemasan? tak ada waktu untuk memanjakan diri sendiri apalagi waktu untuk orang lain? hidup dalam rutinitas yang membuat kita berpacu dengan adrenalin, bergulat dalam emosi jiwa, hidup yang penuh tantangan dan menantang arus kehidupan dengan segala fenomenanya.
Sering mendengar orang tua berkata:"Kalau Hidup sudah susah, Jangan di Tambah susah!"
ini yang jarang sekali kita renungi. Tanpa sadar, banyak yang menjadi terjebak semakin menambah masalah hidupnya.
Hubungan jaman sekarang banyak ditemui kondisi dimana anak dan orang tua sudah hampir tiada 'keterbukaan', satu dan lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing, percakapan sehari-harinya terkesan basa-basi.
Akhirnya banyak anak yang lebih sering curhat dengan orang lain dibanding curhat dengan orang tuanya. Dan lucunya orang tahu tahu paling belakangan dengan kejadian yang menimpa anaknya sendiri.
Ada juga ditemui kenyataan sehari-hari dimana Suami Isteri sudah jarang bicara dari hati ke hati, masing-masing sibuk dengan dirinya sendiri, apalagi semakin canggihnya teknologi, masing-masing sibuk dengan BBMnya sendiri, orang lain jauh lebih penting dari pasangannya. Percakapan dengan orang lain jauh lebih asik dari pada bicara langsung kepada 'belahan hati'nya.
Akhirnya sudah dapat ditebak, masalah-masalah baru muncul karena kurangnya keterbukaan, kecurigaan, dan terlalu asiknya dengan yang bukan pasangannya. Munculah fenomena baru yang mencuat belakangan ini. bagaimana menghadapinya? kembali kepada kebijaksanaan masing-masing orang dalam menyikapinya. Tidak semua negatif. karena negatif atau positif tergantung bagaimana kita menyikapi dan menjalankannya. Ibarat pisau di tangan, bisa jadi sangat bermanfaat atau bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri, bila dipakai untuk hal-hal negatif.
Jadi Bagaimana Solusinya?
Kembali pada diri sendiri, dan rekatkanlah Hubungan yang indah dengan orang yang disayangi, menjaga keharmonisan baik dengan keluarga atau orang-orang disekitar kita. Menjaga perasaan, keserasian dan meluangkan waktu untuk bicara dengan 'hati'. Memupuk kebahagiaan dan menghindari perpecahan atau pertengkaran yang tidak diperlukan.
Jangan menghabiskan waktu untuk perseteruan yang hanya akan berkepanjangan, tetapi isilah dengan hal-hal yang membuat hidup lebih indah. jangan lupa mengoreksi diri sendiri sebelum mengoreksi orang lain.
Dan kunci yang paling penting dari semua itu adalah IBADAH. bersama mengikuti kegiatan-kegiatan di tempat ibadah, ikut retreat, atau gathering bersama yang tujuannya adalah melatih diri, membangkitkan kepekaan diri, menyirami bathin dengan siraman rohani.Membuat hdiup terasa lebih berarti, memberikan sentuhan bathin kepada hati yang mulai kering, kepada orang-orang yang dikasihi, dan merasakan kebersamaan dalam nuansa baru kehangatan sebuah keluarga.
Selain mengakrabkan diri dengan keluarga, bermain bersama dengan orang lain, teman serta mencari sahabat, mengurangi permusuhan. Meluangkan waktu untuk manfaat yang jauh lebih besar dan berarti bagi kehidupan, dibanding terus bergelut dengan sesuatu yang hanya membuat banyak masalah dalam kehidupan. marilah kita mulai mencari 'balancing' diri. Percayalah kekuatan dari kebersamaan itu luar biasa, dan masih bisa dirasakan sebelum semuanya terlambat.
Bila sebuah mobil memerlukan perawatan khusus, perlu spooring balancing, perlu tune up, perlu service berkala, perlu ganti oli, dan perawatan intensif lainnya, mengapa juga kita tidak memulai untuk merawat bathin kita? merawat jasmani dan rohani agar tetap seimbang, membuat hidup yang jauh lebih hidup?
Marilah mengembangkan diri. membina hubungan baik dengan sesama, membangkitkan semangat hidup dan membangun kesadaran diri. Semoga kita semua dapat bermanfaat bagi diri sendiri, bermanfaat bagi orang lain dan berguna bagi bangsa dan negara tercinta. Kembangkanlah cinta kasih pada sesama, dan pancarkanlah maka semesta alam akan memancarkan kebahagiaan pada kita semua.
Salam Mudita,
Mudita Center
Neng Xiu