Banyak orang yang menderita di dunia ini, dengan berbagai bentuk penderitaan hidupnya sendiri, demikian juga banyak orang yang sering mengeluh dengan derita hidupnya sendiri, tanpa kita sadari inilah yang kemudian menjadi “sampah” bagi hati kita.
Dan lucunya sebagian dari kita, begitu mendapat satu masalah, dengan dirinya maka akan secepat mungkin mencari teman untuk meluapkan dan sharing tentang permasalahnya hidupnya… artinya kita tanpa disadari telah membagi “sampah” bagi orang lain juga.
Dan kenyataan yang terjadi adalah kita jarang membagi kebahagiaan atau bercerita tentang hal yang menarik dan hal yang bahagia kepada orang lain, bila Happy biasanya hanya diri sendiri yang merasakannya. Bila senang hanya dirasakan sendiri oleh dirinya. Ibarat menyimpan “permata” hanya untuk dirinya sendiri.
Terus kita harus bagaimana dong? Nah pertanyaan yang bagus.. Tergantung tekad masing-masing orang. Manusia Besar yang penuh dengan Welas Asih, dan Kasih Sayang akan senang menampung “sampah”nya orang lain dan me”recycle” nya menjadi “Pupuk Kehidupan” yang tentu saja bermanfaat bagi kita semua. Dengan turut merasakan penderitaan orang lain sebagai penderitaan dirinya sendiri, menjadikan deritamu sebagai deritanya…. dan mengubahnya menjadi pupuk yang menyuburkan bibit-bibit cinta kasih dalam diri kita, bibit-bibit kebijaksanaan dalam hati kita.
Bedanya Para Bijaksana yang menampung “sampah” mereka yang menderita, tanpa harus tercemar olehnya. Demikianlah kita yang memiliki masalah, selama belum dapat menyelesaikan masalah hidup kita sendiri, sudah sebaiknya mencari orang yang cocok dan cukup bijak untuk menyelesaikan semua masalah kehidupan bagi diri kita sendiri. Karena tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
Marilah jaga diri kita dari “sampah bathin” yang mencemari diri kita, buang semua “sampah” dari dalam diri kita, tidak perlu disimpan dan dibawa-bawa karena itu hanya akan membebani hidupmu. Daur Ulanglah “sampah” bathinmu menjadi “Pupuk Kehidupan”
Salam Mudita,
Neng Xiu