Burung yang bijaksana yang terbebas dari ‘burung panggang’

Posted by nengxiu in Sebuah Renungan |Edit

Suatu hari seekor burung yang bijaksana melihat api yang mulai membakar satu pohon di hutan. karena cuaca yang sangat panas dari sengatan terik mentari serta gesekan dari dahan pohon itu, menghasilkan percikan api yang membakar satu pohon di tengah hutan.

Burung itu dengan sekuat teriakannya mengajak burung2 lain untuk pindah mencari tempat yang aman… karena ia berpikir api ini akan menjalar dan membakar seluruh isi hutan tersebut.

tetapi banyak sekali burung2 yang menertawakannya, bagaimana mungkin api yang membakar satu pohon dapat membakar seluruh pohon-pohon di hutan.

Iapun tidak patah semangat, mengajak siapa yang ingin ikut bersamanya untuk mengungsi mencari perlindungan yang aman di hutan lain. Memutuskan agar segera berpindah.

Banyak burung-burung congkak yang tidak memperdulikannya dan terus bersarang dan tidur dalam sangkarnya…

sampai malam tiba seluruh hutanpun terbakar.. dan semua burung-burung sombong tersebut menjadi burung panggang.

Burung yang bijaksana berhasil selamat di tempat yang aman, beserta teman2nya yang berhasil diyakinkannya.

 

cerita ini kadang sama seperti diri kita. sering kali kita tidak percaya dengan mereka orang yang bijaksana. Sering kali kita menganggap pikiran kita adalah yang paling benar, bahkan bahaya sudah di depan mata, kita anggap ringan hakan pandang sebelah mata.

Sedangkan mereka yang bijaksana paling sering mendapat cemoohan, dibilang sok tahulah, dibilang sok bijaklah, dll. hanya mendapat hinaan dan ketidak percayaan dari teman-teman maupun orang lain yang tidak sependapat dengan cara berpikirnya. inilah yang dinamakan sungguh sulit meyakinkan orang untuk terbangun dari Mimpinya agar dapat melihat dengan jelas apa kondisi dunia ini yang sesungguhnya.

akhirnya mereka yang bijaksana dapat meneruskan hidupnya dan membantu banyak orang yang dapat dibantu…

mereka yang sombong dan penuh dengan keangkuhan… hanya mengalami penderitaan pada akhirnya. Penderitaan yang dibuat oleh dirinya sendiri, penderitaan yangmuncul oleh ‘kekerasan’ hatinya sendiri.

Apakah kita masih ngotot dengan pikiran kita sendiri?

atau kita butuh seseorang sebagai petunjuk dalam kehidupan?

 

Salam mudita,

Neng Xiu

Mudita Center