Mencari kebahagiaan dan kebebasan, bukan dengan pergi ke gunung, bukan mencarinya di gua, bukan menemukan di kota, bukan di pantai. Tetapi kembali ke dalam hati, melihat Buddha Nature yg ada dalam jiwa. Dimanapun berada Buddha Nature dalam diri selalu mengikutimu mengundang untuk dibuktikan dan dibongkar ke’eksistensi’annya
Sebenarnya ada benarnya bagi mereka yg hidup dalam hiruk pikuk kehidupan yg serba bising, cepat, dan menegangkan, begitu mengubah suasana pergi ke gunung yang sangat tinggi, keadaan indah dibalik awan, dan menenangkan diri di sana, ketenangan akan bisa didapatkan, walau bukan jaminan hanya kemungkinannya lebih besar saja.
Tetapi kembali lagi pada refleksi diri, apakah ketenangan sejenak dapat membawa kebahagiaan tertinggi?
Apakah kemelekatan, kecemasan, ketakutan, kesedihan dan segala permasalahan hidupmu telah ditinggal di kaki gunung, saat semangat dengan niat yg tulus untuk menaklukkan puncak gunung atau tidak? Itulah yang terpenting. Tujuan bukan utama tetapi prosesnyalah yang utama
Karena walaupun kondisi yg terindah sudah didapatkan dan menunjang, tetapi jiwa dan raga masih tidak bisa menerima perubahan, keinginan dan ketakutan menghantui diri, maka akan sama artinya. Kita hanya berpindah tempat, tetapi tidak merasakan perubahan apapun dari Sang Diri.
Belajar menerima keadaan, belajar mengikuti alam, berjuang mengikuti kehendak alam, dan melupakan eksistensi diri yg selama ini membentuk ‘karakter’ tersendiri, dan refleksi serta menemukan ‘Sang Diri’ yang sesungguhnya, karena diri sendirilah yg berperang dengan diri sendiri, dan diri sendiri lah yang mampu menyibak misteri hidupnya sendiri.
Lingkungan, alam, keadaan hanya mendukung kita untuk mempraktekan apa yg sudah dipraktekan oleh nenek moyang dalam menaklukan ‘diri’nya sendiri
Salam Mudita,
NX.26.5.11
http://184.105.234.67/fa/15/fa15cd079c42bd99b7522b5dd1837eb5/ba64807/WhiteClouds_fa15_w_1.3gp?c=31394516&u=708344046&s=BMClKU&z=1102