Inilah kehebatan seorang Ibu,
Ia rela memberikan cinta kasihnya kepada orang yang dicintai,
memberikan tubuh dan hatinya untuk suami tercinta,
memberikan rahimnya untuk menampung sebuah kehidupan baru,
Ia rela mengorbankan nyawanya untuk melahirkan,
Mengorbankan semua waktu dan tenaganya untuk merawat anaknya,
tidak mengeluh saat membersihkan popok anaknya tanpa rasa jijik sekalipun,
tidak pernah mengatakan untung rugi untuk anaknya tercinta…
walau derita harus ditanggungnya karena perlakuan suaminya,
Ia tetap tersenyum dan tegar melewati hidupnya….
walau pun akhirnya suaminya meninggalkannya…
Ia tidak pernah menyesali semuanya…
Ia dengan sekuat tenaga membesarkan anaknya…
Memberi nafkah bagi anak-anaknya…
tak sekalipun terpikir untuk kembali menikah…
Tetap menjadi ibu dan ayah bagi anak-anaknya…
Tiada sedikitpun berkata tentang kesepiannya…
tiada sedikit pun mengeluhkan beratnya kehidupan…
Bekerja tanpa lelah, hanya demi anak-anakanya tercinta…
memberikan yang terbaik untuk anaknya makan dahulu…
dan menyisakan yang jelek bagi dirinya sendiri…
Dengan tangan-tangannya yang telah letih…
tetapi bersemangat memberikan kehangatan bagi anaknya…
suaranya yang merdu melantunkan kidung nyanyian yang indah,
menemani tidur anak-anaknya.
Kini aku telah dewasa,
ibuku masih tetap tegar seperti biasanya,
seorang diri tanpa suami disisinya,
menjalani hidup dengan bersyukur dan terus bersyukur,
dimatanya tetap anak-anaknya lah tumpuan hatinya,
dan di mata anak-anak, Ibulah pahlawan bagi kami…
cinta ibu yang tulus pada anaknya tak pernah padam…..
walau kerut diwajah telah tidak lagi sedikit,
tangan-tangannya yang lembut, kini telah penuh keriput,
tetapi masih memberikan kehangatan yang sama,
tetap bersahaja sampai akhir hayatnya.
Ditengah sakitnya yang parah sebelum pergi untuk selama-lamanya, Ia memberikan pesan bagi kami:
“Jangan kalian benci ayah kalian sendiri, wahai anak-anakku tercinta!”
“karena tanpanya maka kalian tidak akan pernah lahir di dunia”
“Ia lebih memilih hidupnya sendiri… tetapi bagaimanapun Ia adalah orang yang paling ku sayangi di dunia ini, dan Ia adalah ayahmu sendiri”
“Bila suatu saat Ia kembali, mohon katakan aku tidak pernah sedikitpun membencinya, rawatlah bila Ia sakit”
“Maka Ibu akan benar-benar bahagia dan selalu memberikan restu untuk kalian semua….”
Kisah renungan ini fiktif adanya,
tetapi mungkin di dunia ini ada kejadian yang persis sama dengan cerita ini.
Anda dapat melihat dan merenung, dari posisi mana anda berada.
tidak perlu di bahas panjang lebar, tetapi dapat diselami untuk di jadikan suatu pelajaran…..
Dikisahkan kembali Oleh: S. Sakya Sugata.
Salam Mudita,
Mudita Center