Ia terdiam membisu disudut kamar itu, tiada satu pun suara keluar dari mulutnya yang kecil, ia juga tidak memperdulikan siapapun yang mencoba hadir untuk memberikan perhatian dan rasa kasihan. Semua itu berawalnya dengan tertutup mata hatinya, dan hilangnya kesadaran yang mengakibatkan khilafnya seorang anak karena letupan emosi jiwa dan melukai perasaan orang yang paling dicintainya.
Ucapan yang tidak terkendali, dan perlakukan yang tidak pantas yang tidak lagi terkendali menyebabkan robohnya sang bunda tercinta terkapar tanpa suara.
Sang Ibu sebagai orang tua yang selama ini telah membesarkan dan merawat dirinya berakhir kritis di rumah sakit, karena perlakuan dari anaknya yang melukai perasaannya yang paling dalam, air matanya telah terkuras habis memenuhi lautan samsara, rambutnya semakin cepat memutih dari usia yang seharusnya, kesabarannya pun telah tidak dapat terbendung, detak jantungnya semakin kuat dan sampai akhirnya jantungnya tidak lagi mampu menahan serangan gejolak emosi yang mendadak menghantam klep jantungnya. Kejadian yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya, sosok renta sang ibu akhirnya terbaring di ruang ICU, mengalami serangan jantung dan tidaki dapat lagi diselamatkan.
Penyesalan yang sangat dalam dari sang anak, menyebabkan dunianya yang berwarna menjadi hitam putih, dan berada dalam bayangan kelam abu-abu. Dirinya telah terpaku tanpa bisa berlari dari kenyataan yang menimpa dirinya. dengan wajah yang hitam legam karena marah, sedih, dan kebingungan, dari bibir yang kering keluar sumpah serapah menyalakan dirinya sendiri, tubuhnya bagai terpasung di dalam kamar yang sempit, tidak dapat menikmati lagi dunia indah penuh harapan yang ada di luar sana.
Semua orang menyalakan dia, semua karenanya, semuanya telah terlanjur……
waktu tidak dapat dikembalikan, untuk menarik semua ucapannya, untuk menarik semua perbuatannya, untuk tidak menyakiti ibunya, untuk menghindari serangan jantung yang menyerang sang bunda tercinta. semua telah terlambat…… dirinya melambung dalam dunia abu-abu yang tidak lagi jelas arahnya, antara ada dan tiada, antara hidup dan mati, antara sadar dan tidak sadar, bahkan dapat dikatakan antara gila dan setengah gila……..
Cerita di atas hanyalah fiksi karangan saya belaka, tujuannya agar kita dapat merenung, kalau saja cerita tersebut terjadi pada diri kita, karena penyebab dari semua itu banyak hal dan beraneka warna tetapi memiliki satu benang merah yang sama, yaitu karena gejolak emosi jiwa, hilangnya kendali dan kontrol dama segala tindakan kita, menyebabkan hancurnya kehidupan kita sendiri dan orang lain, bahkan orang yang kita kasihi.
Banyak orang yang karena masalah sepele maupun masalah besar dalam hidupnya, dapat menyebabkan perpecahan dalam keluarga, permusuhan dan perkelahian yang hebat, kebencian dan gejolak emosi jiwa yang sering kali merengut korban, karena harga diri, karena perbedaan pendapat, karena perbedaan persepsi dan hilangnya kesadaran dan pengendalian diri.
Cerita ini masih bisa dikembangkan menjadi novel yang panjang, tetapi inti dari semua ini adalah saya mengajak kita semua berpikir dan merenung, apakah yang akan kita lakukan bila hal tersebut menimpa diri kita? apakah kita sering menyadari akibat yang akan terjadi apabila kita sudah “lupa diri”?
Salam Mudita,
Neng Xiu
www.muditacenter.com