Tugas seorang anak adalah merawat orang tuanya di masa tua, tetapi banyak kasus yang harus menjadi pelajaran bagi setiap orang tuanya dimana jaman sekarang sangat sulit mendapatkan anak yang benar-benar berbakti seperti cerita-cerita dari negeri cina kuno. Dimana bakti seorang anak dapat mengetarkan langit dan bumi.
Banyak orang percaya pada dewa dan dewi di alam surga sana, Setiap gelap dan terang bulan mereka berbodong-bodong pergi ke kelenteng untuk sembahyang dan meminta perlindungan, mereka menghormati dewa dan dewi yang sebagian besar tidak mereka ketahui sejarahnya. Penghormatan dengan cara sembahyang ini baik adanya, tetapi harus dengan pengertian yang benar dan jelas, bukan hanya dengan kepercayaan membuta. Satu hal yang perlu dipertanyakan adalah siapakah dewa dan dewi ini bagaimana riwayat dan sejarah mereka? Mengapa mereka bisa terlahir di alam surga. Dan dengan cinta kasih mereka mengapa mereka mau membantu umat manusia yang masih diliputi oleh keserakahan, kebencian, dan kebodohan bathin?.
Dari catatan membaca, mendengar cerita dari orang tua, atau menonton film cerita-cerita cina kuno kita bisa dapati beberapa riwayat dewa dan dewi tersebut. Sebagian besar kekuatan karma baik mereka yang mendorong terlahir di alam surga adalah karena sifat bakti dan welas asih yang luhur kepada orangtua mereka dan mahluk hidup lainnya. Penghormatan dan bakti mereka serta perjuangan dan pengorbanan yang mereka lakukan terhadap orang tuanya inilah yang akhirnya membawa mereka terlahir di alam bahagia. Dan tekad mereka untuk membantu sesamanya yang membutuhkan bantuan inilah, akhirnya mereka dihormati oleh setiap keturunan mereka dan masyarakat yang simpati dan sangat menghormati mereka.
Jadi mengapa kita tidak menjadikan diri kita sendiri sebagai dewa dan dewi yang hidup di rumah kita? Menjadikan rumah kita sebagai surga. Sang Buddha pernah berkata bahwa penghormatan tertinggi adalah Triratna. Dan yang paling penting lagi adalah orang tua kita adalah Arahat yang hidup di tengah kita, Arahat sebagai orang yang patut di puja lapangan untuk menanam jasa yang tiada taranya, kekuatan kebajikan karena penghormatan terhadap arahat adalah tiada batas. Demikian sebaliknya siapa yang membunuh orang tuanya akan mempunyai hukuman terberat Neraka Avicci (neraka yang paling berat hukumannya) yang sejajar dengan melukai seorang Buddha, membunuh Arahat, dan memecah belah sangha.
Dengan demikian bila kita melukai perasaan orang tua apa lagi membunuhnya akan mendapat karma buruk yang paling berat, dan demikian sebaliknya siapa yang berbakti dan membantu kedua orangtuanya akan mendapat karma baik yang sangat luhur. Karena jasa-jasa kebajikan orang tua tiada taranya dan tak dapat terbalaskan walaupun seumur hidup kita mengendong ayah dan ibu kita dengan berjalan kaki mengelilingi dunia ini, kebajikan orang tua kita tidak adakan terbalaskan.
Dalam Buddha Dharma dijelaskan pula bahwa orang tua kita bukan hanya dalam kehidupan sekarang ini saja. Sang Buddha menghormati satu tulang putih di jalanan, yang dijelaskan oleh Sang Buddha bahwa tulang ini adalah orang tua beliau di masa lampau. Jadi semua mahluk yang pernah berhubungan dengan kita, mempunyai hubungan bathin dengan kita, siapa tahu dalam kehidupan lampaunya memang orang tua kita, termasuk binatang peliharaan kita. Jadi kembangkan sifat bakti dan welas asih kepada semua mahluk seperti kita menghormati dan menjaga kedua orang tua kita.