Kado Kotak Kosong

kotak-kosong
KADO KOTAK KOSONG

Menjelang hari raya, seorang ayah membeli beberapa gulung kertas kado.
Putrinya yang masih kecil, masih balita, meminta satu gulung.
“Untuk apa?” tanya sang ayah.
“Untuk kado, mau kasih hadiah.” jawab si kecil.
“Jangan dibuang-buang ya.” pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil.

Persis pada hari raya, pagi-pagi si kecil sudah bangun dan membangunkan ayahnya, “Pa, Pa ada hadiah untuk Papa.”
Sang ayah yang masih malas-malasan, matanya pun belum melek, menjawab, “Sudahlah nanti saja.”
Tetapi si kecil pantang menyerah, “Pa, Pa, bangun Pa, sudah siang.”
“Ah, kamu gimana sih, pagi-pagi sudah bangunin Papa.”
Ia mengenali kertas kado yang pernah ia berikan kepada anaknya.
“Hadiah apa nih?”
“Hadiah hari raya untuk Papa. Buka dong Pa, buka sekarang.”
Dan sang ayah pun membuka bingkisan itu.
Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong.Tidak berisi apa pun juga.
“Ah, kamu bisa saja. Bingkisannya koq kosong.Buang-buang kertas kado Papa. Kan mahal?”
Si kecil menjawab,”Nggak Pa, nggak kosong. Tadi, Putri masukin begitu buaanyaak ciuman untuk Papa.”
Sang ayah terharu, ia mengangkat anaknya. Dipeluknya, diciumnya.
“Putri, Papa belum pernah menerima hadiah seindah ini. Papa akan selalu menyimpan boks ini. Papa akan bawa ke kantor dan sekali-sekali kalau perlu ciuman Putri, Papa akan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi ya !”

Kotak kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki nilai apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi. Apa yang terjadi ?

Lalu, kendati kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata sang ayah, di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang lain akan tetap menganggapnya kotak kosong.

Kosong bagi seseorang bisa dianggap penuh oleh orang lain. Sebaliknya, penuh bagi seseorang bisa dianggap kosong oleh orang lain.Kosong dan penuh – dua-duanya merupakan produk dari “pikiran” anda sendiri.

Sebagaimana anda memandangi hidup demikianlah kehidupan anda.Hidup menjadi berarti, bermakna, karena anda memberikan arti kepadanya, memberikan makna kepadanya.

Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan arti, hidup ini ibarat lembaran kertas yang kosong….Bagaimana pendapat Anda?
images-18

Sumber: Internet


Mudita Dance

Screenshot_2016-01-19-07-35-59-1Mudita Dance adalah bagian dari Mudita Art - Vihara Mudita Center.
Mereka muda-mudi dan parent vihara Mudita Center dan simpatisan yang ingin serius menjaga dan melestarikan budaya dengan seni tari.
Dengan seni budaya membawa keindahan dharma yg disatukan dalam bentuk cerita buddhis juga salah satu bentuk dhammaduta.
Tentunya Mudita Dance membuka kesempatan kepada siapapun yang ingin belajar menari dengan serius, silakan datang ke Mudita Center atau menghubungi PIC Mudita Dance baik Youth atau Parent.
Kami juga tidak menutup diri yang ingin mengundang Mudita Dance tampil, bila sesuai dengan kemampuan dan kesempatan yg ada.
Untuk info dan video lainnya
Silakan subscribe Youtube Mudita Center.

Salam Mudita,
Mudita Center

https://youtu.be/kO8gGSjt4r0


Suara yang Paling Indah

SUARA YANG PALING INDAH
Acharn Brahm.

Seorang tua yang tidak berpendidikan tengah mengunjungi sebuah kota besar untuk pertama kali dalam hidupnya. Dia dibesarkan di sebuah dusun di pegunungan yang terpencil, bekerja keras membesarkan anak-anaknya, dan kini sedang menikmati kunjungan perdananya ke rumah anak-anaknya yang modern.

Suatu hari, sewaktu dibawa berkeliling kota, orang tua itu mendengar suara yang menyakitkan telinga. Belum pernah dia mendengar suara yang bergitu tidak enak didengar semacam itu di dusunnya yang sunyi. Dia bersikeras mencari sumber bunyi tersebut. Dia mengikuti sumber suara sumbang itu, dan dia tiba di sebuah ruangan belakang rumah, di mana seorang anak kecil sedang belajar bermain biola.

“Ngiiik! Ngoook!” berasal dari nada sumbang biola tersebut.

Saat dia mengetahui dari putranya bahwa itulah yang dinamakan biola, dia memutuskan untuk tidak akan pernah mau lagi mendengar suara mengerikan tersebut.

Hari berikutnya, di bagian kota lain, orang tua ini mendengar suara yang seolah membelai-belai telinga tuanya. Belum pernah dia mendengar melodi yang seindah itu di lembah gunungnya, dia pun mencoba mencari sumber suara tersebut. Ketika sampai ke sumbernya, dia tiba di tuangan depan sebuah rumah, di mana seorang perempuan tua, seorang maestro, sedang memainkan sonata dengan biolanya.

Seketika, orang tua ini menyadari kekeliruannya. Suara tidak mengenakkan yang didengarnya kemarin bukanlah kesalahan dari biola, bukan pula salah anak itu. Itu hanyalah proses belajar dari seorang anak yang belum bisa memainkan biolanya dengan baik.

Dengan kebijaksanaan polosnya, orang tua itu berpikir bahwa mungkin demikian pula halnya dengan agama. Sewaktu kita bertemu dengan seseorang yang menggebu-gebu terhadap kepercayaannya, tidak lah benar untuk menyalahkan agamanya. Itu hanyalah proses belajar seorang pemula yang belum bisa memainkan agamanya dengan baik. Sewaktu kita bertemu dengan seorang bijak, seorang maestro agamanya, itu merupakan pertemuan indah yang menginspirasi kita selama bertahun-tahun, apa pun kepercayaan mereka.

Pada hari ketiga, di bagian kota lain, si orang tua mendengar suara lain yang bahkan melebihi kemerduan dan kejernihan suara sang maestro biola. Melebihi indahnya suara aliran air pegunungan pada musim semi, melebihi indahnya suara angin musim gugur di sebuah hutan, melebihi merdunya suara burung-burung pegunungan yang berkicau setelah hujan lebat. Bahkan melebihi keindahan hening pegunungan sunyi pada suatu malam musim salju.

Itu adalah suara sebuah orkestra besar yang memainkan sebuah simfoni. Bagi si orang tua, alasan mengapa itulah suara terindah di dunia adalah, setiap anggota orkestra merupakan maestro alat musiknya masing-masing dan mereka telah belajar lebih jauh lagi untuk bisa bermain bersama-sama dalam harmoni.

“Mungkin ini sama dengan agama,” pikir si orang tua. “Marilah kita semua mempelajari hakikat kelembutan agama kita melalui pelajaran-pelajaran kehidupan. Marilah kita semua menjadi maestro cinta kasih di dalam agama masing-masing. Lalu, setelah mempelajari agama kita dengan baik, lebih jauh lagi, mari kita belajar untuk bermain, seperti halnya para anggota sebuah orkestra, bersama-sama dengan penganut agama lain dalam sebuah harmoni!”

(kutipan dari buku : si cacing dan kotoran kesayangannya)

Sadarilah dan bangunkan kesadaran Kita akan hal ini. Inilah praktik menjadi Manusia Seutuhnya.

Sumber FB:
#katarenungan


Gerakan Sejuta Koin Untuk Anak Asuh Mudita Love Children

IMG-20160115-WA0004IMG-20160115-WA0005IMG-20160115-WA0024IMG-20160115-WA0031IMG-20160115-WA0033

Presentasi dan mengajak siswa siswi Bina Tunas Bangsa School Jakarta Utara berpartisipasi dalam program sejuta koin untuk anak anak asuh Mudita Love Children.
15 January 2016


Mudita Love Children Unit Jambi

jambi 2jambi3
jambi 511745441_934041823326344_6490421499968925634_n

ini adalah Kegiataan Pembinaan Mudita Love Children Unit Jambi
berkumpul dan belajar di Ruang Sekolah Minggu Vihara Amrta Jambi
yang dikepalai langsung oleh YM. Bhiksu Bhadra Pala Sthavira selaku Pembina MLC juga


Kami Mudita Love Children Pusat

MLC LENGKAP
MLC

Kami Pengurus Mudita Love Children Pusat siap melayani Anda
Membuka kesempatan kepada semua umat Buddha untuk bergabung bersama kami
baik menjadi sukarelawan pengajar dan pembina Anak Asuh kami yang berada di
Tangerang, Jambi, Jakarta Barat, Barengkok.
atau Menjadi Donatur Tetap maupun Sukarela

Donatur Tetap
No. Jenis Donasi Donasi / tahun Teknis Pembayaran
Paket diamond Rp.28.800.000
Paket platinum Rp.18.800.000
Paket gold Rp.10.800.000
Paket silver. Rp. 6.800.000
No acc: 0023926838 a/n Yayasan Mudita
konfirmasi dengan Ibu Linda Ken 0811692099
atau Ibu Lani di kantor Mudita Center 021 65305315 (jam kerja 09.00-17.00)


HUT MLC Unit Tangerang

hut MLC2
hutmlc3
hut mlc4
hut MLC
Hutmlc5

HUT MLC Unit Tangerang ke-4
di Gedung Pertemuan Happy. Jl. MT Haryono Tangerang
7 November 2015

Tanpa terasa Mudita Love Children Unit Tangerang telah memasuki Usianya yang ke-4,
semua tak luput dari Peran berbagai pihak,
dari Bhiksu Bhadra Pala Sthavira - Kepala Vihara Mudita Center sebagai Pembina,
Ibu Lindawati Ketua Mudita Love Children Pusat
Hendra Achonk Ketua Pertama MLC Unit Tangerang
Selamet Riyadi Ketua MLC Unit Tangerang
Para Volunteer Unit Tangerang
dan segenap Donatur yang telah bersama-sama mendukung semua Anak Asuh kami Mudita Love Children
Semoga Semua berkah ada pada kita semua


Pembinaan Mudita Love Children Unit Barengkok

barengkok2barengkok3pembinaan 1MLC barengkok

Tak ada jalanan terjal dan bebatuan yang tak bisa dilewati, tak ada terik matahari yang bisa menghalangi niat kita untuk memberikan senyum di wajah mereka, kebahagiaan mereka menjadi obat pelepas rasa lelah yang sudah kita rasakan
?
Terima kasih untuk setiap detik yang sudah dilewati dengan penuh suka cita, Terima kasih kepada seluruh donatur dan teman teman relawan Mudita Love Children yang telah menggoreskan senyum bahagia diwajah adik adik kita


Donor Darah Mudita Terbuka Untuk Umum

donor

Mudita Center Mengadakan Kembali Aksi Donor Darah terbuka untuk Masyarakat Umum
Acara dilakukan di Vihara Mudita Center
Jl. Bisma Raya Blok A No.68 Sunter Agung, Jakarta Utara
Acara berlangsung pada Hari Minggu, 24 Januari 2016 Pukul 10.30-13.00 WIB
kami menantikan partisipasi anda semua
Setetes Darah anda berarti bagi sesama
mari jalin ikatan yang baik dalam suasana kemanusiaan.
Semoga Semua Berbahagia.

Salam Mudita,
Mudita Center


Mudita Center Siap Melayani Anda

pengurus

Mudita mulai open house pertama 1.4. 2007 Dan diresmikan 10.10.2010 kini telah tahun 2016 kami selalu mengajak kita semua untuk bermudita bersama Mudita Center.
Semua telah dilalui bersama dalam suasana penuh mudita citta.
Izinkan kami untuk selalu melayani anda dalam Buddha dharma untuk melangkah bersama dalam jalan Bodhisattva.
Inilah pengurus Mudita Center yang akan berkomitmen untuk menjalankan tugas melayani siapapun yang melangkahkan kakinya ke Mudita Center.
Mudita Sangha
Mudita Parent seragam Merah
Mudita Youth seragam hijau
Mudita Kids Seragam orange
Mudita Art masih seragam hijau
Mudita Love Children seragam kuning.
Mari bermudita bersama kami.
Bila ingin menjadi volunteer dan pengurus silakan jangan ragu2 daftarkan diri anda pada pengurus Mudita Center


Happy 3rd Anniversary Mudita Center

3 tahun sudah setelah di Resmikan di 10.10.2010
Tanpa terasa di usia 3 tahun ini Mudita Center,
Dengan penuh 'mudita citta' melayani para umat sekalian,
Menjadi tempat berkarya bagi generasi muda, umat dan berbagi bagi semua yg datang bersama keluarga.
Menjadikan tempat untuk beribadah, belajar Dharma, mengerti proses kehidupan, dan berkreasi dalam ajang seni, bakat dan membina potensi diri.

Proses panjang yg mewarnai perjalanan ini, semua telah dilewati dengan penuh 'mudita'. Dan perjalanan ke depan masih perlu ditempuh tetap dengan penuh 'mudita'.
Menjadikan Vihara sebagai rumah kita semua, bukan hanya tempat ritual yg penuh dengan suasana magis, melainkan rumah yg artistik penuh dengan rasa mudita bagi siapapun yg datang dan otomatis bergabung menjadi bagian dari keluarga Besar Mudita Center.

Seni kehidupan dimulai dari seni melatih diri, melatih untuk merubah diri ke arah yg lebih positif bermanfaat dan dapat dirasakan oleh semua orang.
Seni kehidupan dilandasi dengan pengembangan bodhicitta, cinta kasih, welas asih, kebahagiaan, dan keseimbangan.
Seni kehidupan diakhir dengan bahagia menjalani hidup dan berakhir di pantai bahagia
Mari mengembangkan rasa 'mudita' bersama Mudita Center,
"Be a Bodhisattva for Your Self and The Others".

Salam Mudita,
Mudita Center

dharmasala


Buddha Amitabha dan Sukhavati

Buddha Amitabha dan Tanah Suci Sukhavati

Namo Sakyamuni Buddhaya
Namo Amitabha Tathagataya

Salam hangat sahabat,

Amitabha Sutra.....
Kenapa dunia itu disebut Tanah Suci Sukhavati?
Karena disana sudah tiada penderitaan lagi.
Barang siapa hendak mencari jalan untuk menuju kesana, hendaknya sekarang juga lepaskan keakuan diri.

Semua dasar hati (makhluk baik atau jahat) adalah hati Buddha.
Seperti susu kental, mentega, keju, berasal dari susu murni.
(pemurnian batin juga harus lewat saringan)

Sama seperti Buddha di tiga masa berasal dari jati diri kita juga.
Jati "diri" semua makhluk tidaklah berbeda dengan Buddha.
Hanya saja terselimut ilusi kabut keserakahan, kebencian, dan ketidaktahuan yang membentuk tirai ego yang semu pada dasarnya..

Sebagaimana beragam perhiasan seperti mahkota, kalung, botol, piring, materi dasarnya adalah logam mulia/emas,
"Penyusun dasar kesadaran" semua makhluk adalah keBuddhaan tanpa cela itu sendiri.
Hanya saja karena tidak menyadari, saling membenci dan menyakiti..

Tanah Suci Sukhavati sangat jauh (sewaktu tersesat), sebenarnya tiada jarak sama sekali (ketika sadar).
Setiap saat, baik yang suci atau orang awam bisa mencapai tujuan yang sama (Nirvana melalui Tanah Suci Sukhavati).

Beranjali sambil menundukkan kepala menyembah keagungan Buddha (yang sebenarnya diri sejati kita),
bercahaya bagaikan bintang, rembulan dan matahari, terpujilah Sang Loka Dipa (Penerang Semesta).

Bernyanyi melantunkan pujian mengagumi kharismatik Sang Bhagava, laksana kilatan halilintar,menggemuruh menggetarkan kalbu.

Sebagaimana Interaksi antara rembulan dan cerminan air danau akan menyebabkan sang bungkuk lebih cepat menyadari keberadaan bulan dilangit (dengan melihat bayangan bulan di air),
demikianlah makhluk yang tersesat dan merasa tertinggal sendiri, dapat mengenali jatidiri KeBuddhaan didalam batinnya dengan melihat para Buddha dan Bodhisattva Mahasattva yang telah sempurna.

Sebagaimana pusaran awan putih yang senantiasa berarak mengitari puncak gunung, demikianlah para Buddha dengan kesabaran tanpa batas mengelilingi masing-masing makhluk yang masih belum tersadar, menemaninya, menantinya membuka hati yang sebenarnya penuh dengan kasih dalam menerima perlindungan dari Mereka Yang Telah Sadar dan Maha Mengasihi tanpa mebeda-bedakan semua mkahluk.

Para Buddha dan Bodhisattva membantu umat mengarungi lautan samsara (tumimbal lahir) menuju Pantai Seberang (Nirvana), dengan mengandalkan nama agung Amitabha Buddha yang tak melainkan Buddha-Buddha lainnya.

Ketahuilah sahabat, para Buddha tidaklah banyak melainkan satu, bukan satu, melainkan Maha Kesatuan.

Maha Kesatuan, adalah pelampauan dualitas sempit, melampaui "Satu" itu sendiri, melapui "banyak" itu sendiri, karena melampaui "satu" dan "banyak", Ia dinyatakan Sunyata, Ia dinyatakan, Sang "Tathagata" artinya "Yang Tak pernah Datang dan Tak Pernah Pergi".

Ialah yang sesungguhnya merupakan Maha Menemani semua makhluk, tanpa membeda-bedakan, Tanpa bersyarat, Tanpa harus menerima pengakuan dari semua makhluk...

Dari dasar neraka Avici hingga puncak Surga Arupa Brahma,
Tiada, tiada, sesungguhnya tiada, yang tidak tertemani olehNya..
Tiada, tiada, sesungguhnya tiada, yang tidak terkasihi olehNya..
Tiada, tiada, sesungguhnya tiada, yang tidak ditungguiNya untuk mencapai Kesadaran Tertinggi, KeBuddhaan..

Seperti suara burung Kalavinka yang merdu dari gunung Himalaya,
Gaung nama akbar Amitabha Buddha menentramkan, meredam lembut semua suara.
(kekacauan batin teredam sekejap ketika kita mendengar gaung lembut nama Buddha)

Angin sepoi-sepoi menerpa pepohonan permata seiring melantunkan harmoni surgawi,
Wewangian aroma lembut Mandarava (bunga sempurna) menghiasi keagungan Tanah Suci Sukhavati.

Gatha (syair) ribuan slokha (bait) terkumandangkan untuk memuliakan Amitabha Buddha..
Amitabha Buddha dengan tubuh bercahaya keemasan,
Berwujud anggun dan bercahaya tiada bandingnya..

UrnaNya (permata di tengah dahi) yang putih melingkari 5 Gunung Sumeru (5 Galaksi),
Mata indah unguNya menentramkan gejolak 4 Maha Samudera..

Dari cahaya AuraNya tercerminkan berkoti nayuta (koti: 10.000.000, nayuta: 100.000.000.000) Buddha (sebab semua Buddha sebenarnya tidak melainkan satu, dan yang "satu" tidak melainkan Sunyata nan Sempurna),
Terjelma pula para Bodhisattva yang tak terhitung jumlahnya.

Empat puluh delapan prasetya maha agung menolong semua makluk,
Sembilan tingkat bunga teratai kelahiran di Surga Sukhavati merupakan jembatan menuju pencapaian Parinirvana Sempurna.

Mari sahabat, kita bersujud kepada Maha Maitri dan Maha Karuna Tanah Suci Barat Sukhavati,
Namo Amitabha Buddha, Amitabha Tathagata, Amitabha Buddhaya...

Semua sengsara (penderitaan karena penderitaan; penderitaan karena kebahagiaan sesaat; penderitaan karena kebingungan batin) timbul karena keserakahan (lobha), tapi tidak ada yang tahu kenapa keserakahan ini bisa timbul?

Semua sengsara (penderitaan karena penderitaan; penderitaan karena kebahagiaan sesaat; penderitaan karena kebingungan batin) timbul karena kebencian (dvesa), tapi tidak ada yang tahu kenapa kebencian ini bisa timbul?

Semua sengsara (penderitaan karena penderitaan; penderitaan karena kebahagiaan sesaat; penderitaan karena kebingungan batin) timbul karena kegelapan batin (moha), tapi tidak ada yang tahu kenapa kegelapan batin ini bisa timbul?

Semua makhluk sengsara semata karena makhluk yang mewujud, telah lupa akan jati dirinya, yang pada dasarnya adalah tidak berbeda dengan keBuddhaan Amitabha Buddha.

Semua makhluk sengsara semata karena makhluk yang mewujud, telah lupa, bahwasanya semua khayalan (kelahiran, kematian, berbagai alam kehidupan) yang timbul tenggelam adalah godaan Mara belaka.

Mengingat Buddha Amitabha adalah untuk mengingatkan diri, bahwa diri sejati yang tanpa inti adalah Buddha Amitabha.
Memanggil Buddha Amitabha adalah memanggil diri, yang merupakan Amitabha sejati.

Ajaran jalan tengah,

Ada kelahiran dan kematian, ada Nirvana (tiada lahir, tiada mati)
Alam ilusi, terdapat ilusi lahir dan mati.
Dharma sejati, tiada kelahiran tiada kematian.

Mengapa tiada mati dan lahir? karena mati dan lahir adalah ilusi berkepanjangan dari inti diri yang tertipu tentang keberadaannya.
Menyadari bahwa sebenarnya tiada inti ego, seketika terlepas dari ilusi lahir dan mati.

Untuk menyadari bahwa sebenarnya tiada inti ego, perlu terlebih dahulu melepas genggaman (kemelekatan) pada batang (pandangan salah) yang dilingkari ular beracun (nafsu ragawi).

Jati diri Dharma atau Buddha,
Suci murni, tak tergoyahkan.
Keajaiban yang luar biasa.

Sebenarnya, Buddha bahkan melampaui "suci" itu sendiri, sehingga Ia ternyatakan Maha Suci, mengapa dapat melampaui kesucian? Karena "suci" sendiri merupakan dualitas dari "kekotoran".
Suci, akan kotor juga pada akhirnya, dibawah kekuasaan Tiga Corak Hukum Semesta (Tilakkhana: Anicca, Dukkha, Anatta)

Sunyata, bagai hampanya angkasa yang luas yang tak akan terkotori apapun lagi. Itulah Pelampauan kesucian.

Karena melampaui kesucian, Ia Tak Terkotori.
Karena melampaui kesucian, Ia Tak Meninggalkan Yang Kotor. (sebab, makhluk suci bagai air, makhluk kotor bagai minyak)
Karena melampaui kesucian, Ia Tak Menjauh dari Yang Kotor.
Tak Terkotori dan Tak Meninggalkan, dan Tak Menjauh, Ialah, Sang Tathagata, Yang disebut Maha Suci Sesungguhnya.

Sebenarnya setiap makluk memilikiNya dalam dasar batinnya...dan telah sempurna adanya..!

Karena tidak sadar, lantas timbul khayalan,
beranggapan ilusi itu nyata, lupa pada jati diri dan selalu menguber harta benda.

Karena terikat harta, nama, dan nafsu, melakukan berbagai tindakan atas dasar kehendak (menciptakan karma).

Karena terjebak jeratan karma yang bertubi-tubi,
Maka timbul tenggelam diantara 6 alam tumimbal lahir (3 alam sengsara dan 3 alam senang sementara).

Dari dulu kala sampai sekarang tidak pernah putus,
Harus diketahui kelahiran berasal dari jodoh karma (baik atau buruk) yang matang,

Tapi jati diri tidak lahir bersama jodoh (tubuh, nama-rupa),
kematian juga karena jodoh sudah habis, dan jati diri tidak ikut mati bersama jodoh (tubuh, nama-rupa).

Mereka yang mengalami kelahiran karena dorongan karma, seperti kebanyakan makluk yang tersesat,

Karena telah menumpuk karma akibat lobha, dosa, dan moha yang menggunung.
Mengalami tumimbal lahir yang semu, salah pengertian tentang kelahiran dan kematian.

Tentang hakekat jati diri ini, seperti pantulan cermin, perubahan warna mutiara.

Cermin asalnya polos, mutiara tiada celanya.
Cermin dan yang berkaca saling berinteraksi, tapi tidak merusak gambaran dalam cermin, datang pergi dalam cermin ini, seperti jodoh kelahiran dan kematian.

Melekati bayangan pada cermin, bagai hendak memaksa bayangan tetap ada setelah tiada benda, demikianlah orang yang tertutup debu kebodohan menginginkan kesejatian segala fenomena yang anicca-berubah tanpa batas.

Jadi para Buddha dalam proses kelahiran dan kematian hanya berfokus pada "yang" ketidak-lahiran, ketidak-matian. Sunyata.

Para makhluk dalam proses yang sama sebaliknya melihat proses kelahiran dan kematian, ini hanya perbedaan antara “tersesat” dan “sadar” saja, tapi hasil akhirnya jauh sekali.

Sebagaimana perbedaan persepsi satu derajat, dapat berselisih jarak tahunan cahaya setelah menyeberangi semesta..

Sebenarnya kelahiran itu tiada jati diri, tiada kelahiran juga tiada jati diri.

Bagi yang SADAR proses kelahiran dan kematian itu tidak ada, bagi yang masih tersesatkan, proses kelahiran dan kematian itu berputar terus.

Hanya ada yang sadar dan sesat, arti sama sebutan berbeda.

Meskipun demikian adanya,

Buddha Sakyamuni adalah jati diri kita (semua makhluk), maka jati diri kita (semua makhluk) adalah Buddha Sakyamuni.

Buddha Amitabha adalah jati diri kita (semua makhluk), maka jati diri kita (semua makhluk) adalah Buddha Amitabha.

Buddha Maitreya adalah jati diri kita (semua makhluk), maka jati diri kita (semua makhluk) adalah Buddha Maitreya.

Semua Buddha adalah jati diri kita (semua makhluk), maka jati diri kita (semua makhluk) adalah semua Buddha.

Perbedaan hanyalah pada NamaNya, namun, NamaNyalah yang berkekuatan menyeberangkan semua makhluk..

Sebab, makhluk yang awam melekati nama, dari pelekatan nama dibantu mengarah pada substansi KeBuddhaan, itulah Upaya Kausalya dari Yang Maha Welas Asih, Buddha.

Tanah Suci Sukhavati ada disini, disini adalah Tanah Suci Sukhavati.

Bila disini bukan Tanah Suci Sukhavati, tidaklah mungkin ada yang mencapainya selagi nafas masih dikandung badan.

Kalau bukan karena perbedaan yang sadar dan sesat, mana mungkin ada perbedaan antara yang suci dan yang awam.

demikianlah proses kelahiran dan kematian itu berlanjut terus menerus.
Tanah Suci Sukhavati tidak pernah melarang siapapun melangkah masuk.

Tak disangka dari 6 alam tumimbal lahir,
Bunga teratai sedang mekar menanti kelahiran seseorang disana ( Tanah Suci Sukhavati)...

Apakah syarat terlahir sementara ke Sukhavati sebelum mencapai Kebenaran Tiada Lahir, Tiada Mati, Nirvana?

Namo Amitabha Buddha, Amitabha Buddhaya, Amitabha Tathagataya..

Iringilah nafasmu senantiasa, dengan namaNya dalam hati,
maka namaNya akan mengiringi nafasmu hingga berakhir di raga..

Iringilah detak jantungmu senantiasa, dengan namaNya dalam hati,
maka namaNya tidak akan meninggalkanmu ketika detak tak lagi terasa di raga..

Iringilah pikirmu senantiasa, dengan namaNya dalam hati,
maka namaNya akan membawa pikiranmu pada pelepasan pikiran melalui...

Sunyata, Nirvana tertinggi, yang diajarkan Ia Yang Telah Sadar, di kondisi yang sangat kondusif dibanding dimensi fana ini...Tanah Suci Sukhavati..

Para Pencapai Sukhavati yang masih berbadan raga pada dunia saha ini, senantiasa melatih Praktek Agung Samantabhadra,
menjunjung teladan nan rendah hati pada semua makhluk,
melayani untuk sempurna, sempurna untuk melayani..

Tanpa meninggalkan untuk menjadi Yang Maha Tidak Meninggalkan..
Senantiasa mengasihi untuk menjadi Yang Maha Mengasihi..

1, Memuja dan Menghormati semua Buddha (Puja tertinggi adalah melalui pikir, ucap dan laku yang murni)

2, Memuji keagungan Para Tathagata (Pujian teragung adalah yang menyebabkan mulut makhluk lain mendengungkannya)

3, Senantiasa melatih persembahan Agung (Cinta kasih dan kebijaksanaan Bodhi, adalah persembahan teragung)

4, Mengakui dan mempertobatkan segenap kesalahan (Pertobatan sempurna adalah tekad semata-mata pada kesempurnaan yang diiringi semangat pantang mundur)

5, Turut Bergembira segala kebajikan
6, Memohon Para Buddha memutar Roda Dharma
7, Memohon Para Buddha menunda Parinirvana
8, Bergiat mempelajari Buddha Dharma
9, Pengabdian menyeluruh kepada semua makhluk
10, Melimpahkan Jasa Kebajikan demi kebahagiaan semua makhluk

Menyanjung tak terhingga Buddha ratna.
Menyanjung tak terhingga Dharma ratna.
Menyanjung tak terhingga Sangha ratna.

Sukses melatih diri dalam waktu berkalpa-kalpa.
Penampilan yang tinggi tegap kharismatik dan bercahaya keemasan.

Bhagava dengan kemampuannya sendiri berhasil menjadi Buddha di puncak gunung Sumeru.
Dari UrnaNya memancarkan cahaya putih yang terang menderang.

Menemani, menopang, membantu bangkit semua makluk yang terpuruk dijalur 6 alam tumimbal lahir.

Semoga Nama Amitabha dan Sukhavati senantiasa terkumandangkan.
Setiap makhluk memiliki jati diri tak melainkan Amitabha, dalam hati setiap makhluk terdapat tanah suci Sukhavati yang belum tersadari.

Mengingat sejak dulu kala sampai hari ini, karena kilesa berperan,
maka sad indriyani berputar melekati yang maya.
Berbuat sesuka hati, mengikuti ego kemauan diri dan berbuat dosa.

Karma jasmani, membunuh, perbuatan keji, korupsi dan berselingkuh, karma ucapan, bicara kasar, berdusta, adu domba dan merayu, Karma pikiran (niat),keserakahan, kebencian dan kemelekatan yang mendalam.

Karena ketiga faktor lobha, dosa, dan moha ini.
Maka kondisi matangnya karma spontan terjadi.

Timbul tenggelam dalam 6 alam tumimbal lahir, hari esok menjadi tidak dapat diprediksi.
Jika hendak melepaskan diri, harus mengandalkan kekuatan pertobatan dan menyesali.

Agar pencemaran Sad indrayani ( mata, telinga, hidung, lidah, badan dan pikiran ) sirna seketika.
Agar obyek penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, sentuhan dan fenomena jadi suci bercahaya.

Hendak berikhtiar lahir ke Tanah Suci Sukhavati, sepenuhnya tergantung pada kemauan / tekad.

Karma buruk yang telah aku perbuat sejak dulu kala.
Semuanya berawal dari lobha, dosa, dan moha.
Yang timbul dari perbuatan, ucapan dan pikiran.
Pasa saat ini dihadapan Buddha aku menyatakan menyesal dan bertobat.

Aku mengumandangkan ikrar untuk menolong semua makluk yang tak terhitung banyaknya.
Aku mengumandangkan ikrar untuk kilesa (kekotoran batin) yang tak terhingga.
Aku mengumandangkan ikrar untuk mempelajari Buddha Dharma yang tiada tara.
Aku mengumandangkan ikrar untuk akan sukses menyadari Ke-Buddha-an.

Mengandalkan 48 Prasetya (Ikrar Suci) Amitabha yang maha karuna dan welas asih,
maha prasetya yang luar biasa, menuntun semua makluk yang berada di sepuluh penjuru alam semesta.

Siapa saja yang menyadariNya dan menumbuhkan keyakinan yang tulus dengan menyebut namaNya senantiasa, semuanya akan terlahir disana.

Bagi yang yakin, yakin akan tanah suci Sukhavati dalam hati,
yakin pada Amitabha Buddha dalam jati diri sejati,
menuntun semua makhluk, dan yakin kita semua selalu berkesempatan untuk terlahir disana sebelum menapak pada Parinirvana..

Kebenaran sejati tak kan terdapatkan dari luar diri,
maka keyakinan demikian ini adalah keyakinan yang sesungguhnya.
Yakinlah bahwa Engkau adalah Buddha yang belum sadar,
Yakinlah bahwa Hatimu adalah Tanah Suci Sukhavati sesungguhnya.

Ketika Keyakinan, Ikrar, dan Pelaksanaan
(upaya penyetaraan, pencerminan pikiran ucapan dan laku Amitabha Buddha melalui diri ini) tersatu padu, engkaulah Amitabha, yang menciptakan Tanah Suci Sukhavati bagi semua makhluk.

Semoga semua makluk hidup dapat terlahir di dalam 9 tingkat bunga teratai Tanah Suci Sukhavati.

Semoga senantiasa berbahagia sehingga dapat selalu menebarkan bibit kebahagiaan pada semua makhluk
Amithofo
__/\__
Salam Mudita
SV.10.06.2013

— with Neng Xiu.